Rabu, 29 Februari 2012

Ramalan? Bolehkah?

Oleh: Armansyah
Meramal artinya melakukan suatu prediksi atau dugaan dan dalam dunia ilmiah istilah ini lebih populer disebut sebagai hipotesa. Sebagai sebuah prediksi tentu saja kita tidak bisa menghakiminya sebagai hal yang terlarang apalagi sesat. Prediksi atau ramalan bukan berupa nilai yang pasti sehingga hasilnya bisa benar dan bisa juga salah, tergantung seberapa akurat data-data yang diolah sebelum akhirnya menjadi sebuah perkiraan (hipotesa). Allah sendiri berfirman dalam al-Quran bahwa sebuah teori, sebuah prediksi ataupun ramalan tidak akan bisa mengalahkan kebenaran yang sesungguhnya.
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali dugaan saja. Sesungguhnya dugaan itu tidak bisa mengalahkan kebenaran [1]. 

Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. 

- Qs. 10 Yunus : 36



Kamis, 16 Februari 2012

Hikmah dibalik Kisah

"Belum tentu semua orang menghargai semua hal yang sudah dimiliknya, sebelum satu-persatu hal-hal tersebut pergi meninggalkannya"

Semua kisah yang akan diceritakan disini adalah kisah nyata yang terjadi di sekitarku atau bisa jadi di sekitar teman-teman juga. Akan tetapi, disini aku mengajak para pembaca untuk bijak menanggapi segalanya, karena dengan kebijakanlah kita bisa mengambil hikmah.

Kisah pertama:
Dari seorang adik yang bila diceritakan kisahnya insya allah bisa menggugah hati kita semua. Ini hanya kisah sekilas, tidak bisa diceritakan secara lengkap karena termasuk hal yang privasi. Bagaimana kita bisa membayangkan sebuah keluarga, yang di dalamnya terdapat ayah, ibu dan anak, tapi berbeda keyakinan? Mungkin sudah biasa, tapi yang ini bisa dikatakan luar biasa, kenapa? Karena ternyata yang berbeda keyakinan adalah orang tuanya. Si adik seorang muslim sedangkan kedua orang tuanya nonmuslim. Bagaimana bisa? Mungkin teman-teman sudah mulai bertanya. Nenek dari si adik seorang muslim dan pesan terakhir sang nenek adalah agar si adik tetap menjaga imannya. Dan memang itulah yang dilaksanakan adik ini, dia sangat semangat menimba ilmu agama, sehingga tidak cukup satu kelompok mentoring yang ia ikuti tapi setiap ada mentoring dia selalu ingin ikut. Subhanallah..

Kisah kedua:
Seorang ibu penjual makanan yang sangat disayangi oleh para mahasiswa bercerita bahwa dia mengalami perenggangan jahitan sesar karena terlalu lelah bekerja dan akibatnya saat itu dia pingsan. Alhamdulillah ada mahasiswa yang mau menggotong beliau ke dalam rumah. Sang ibu juga melayani katering mahasiswa karena memang beliau tinggal di daerah kos-kosan mahasiswa, sehingga saat si ibu sakit, otomatis kateringan mahasiswa jadi terbengkalai, si bapak juga harus merawat si ibu. hingga keesokan harinya para mahasiswa yang prihatin atas musibah yang dialami si ibu datang untuk menjenguknya. Tentu saja si ibu merasa terharu. Dia  bercerita anaknya ada empat, nah yang sesar itu adalah anak yang terakhir dan ternyata biayanya juga sangat besar. Saat si ibu dibawa ke rumah sakit ada seorang mahasiswa yang sudah lulus dan sudah bekerja yang membantu ibu membayar DP operasinya. "Alhamdulillah ya nak, padahal ibu gak ada minta-minta tapi mahasiswa-mahasiswa malah datang membantu, ibu cuma bisa membalas dengan doa" ujar si ibu. Setelah itu si ibu bercerita, suaminya yang sangat sayang kepadanya sejak dari menikah dulu hingga sekarang sudah punya anak empat, tidak ada yang beranggapan negatif kepadanya. Subhanallah..Inilah kisah ibu penjual makanan yang sudah dianggap ibu sendiri oleh beberapa mahasiswa.

Kisah ketiga:
Adik ini masih berumur sekitar lima tahun atau empat tahun, tubuhnya kurus, putih dan memiliki bibir yang kecil. Aku mengenalnya saat mengajar TPA di masjid dekat kosan. Anaknya baik, sopan dan pintar. Sudah menjadi kebiasaan kalau sudah mengaji kepada gurunya di TPA, adik-adik TPA ini kemudian bermain bersama teman-temannya yang lain dan jajan juga tidak ketinggalan. Namun berbeda dengan adik yang satu ini, setelah dia membaca iqro'nya dia tetap menunggu di dalam kelas tanpa beranjak bermain ataupun jajan. Aku mengira pasti adik ini tidak terlalu senang bermain. Sampai aku sering bertanya kepadanya mengapa tidak ikut bermain. "Capek" katanya. Aku hanya tersenyum melihatnya. Setelah beberapa lama aku tidak lagi mengajarinya karena aku menemani guru TPA yang lain yang mengurus adik-adik playgroup. Lalu saat itu, pada dua hari terakhir aku ujian akhir semester di kampus, saat subuh terdengar pengumuman, tapi karena suaranya sama-samar, akupun tidak mendengarnya secara jelas. Akhirnya aku mengira bahwa ada yang meninggal. Sepulang dari kampus akupun melihat rombongan pelayat yang mungkin habis dari menguburkan seseorang. Terlihat pula seorang wanita memakai mukena yang sedang menangis.Pasti itu keluarga yang ditinggalkan, pikirku.
Setelah lama tidak datang ke TPA karena ujian akhirnya pada hari itu aku kesana dan mendapatkan kabar yang mengejutkan bahwa ada adik TPA yang meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi raji'un. Aku bertanya siapa yang meninggal, tapi saat itu aku tidak mengira aku pernah mengenalnya, hingga dua hari sesudahnya aku baru mengetahui bahwa yang meninggal adalah adik yang pendiam dan pintar itu. Hati ini sempat terpukul mendengarnya, apalagi saat aku tau si adik meninggal karena kanker otak yang dideritanya. Sungguh ajal seseoarang tidak ada yang tau kecuali Dia. 

Kisah keempat:
Pada malam itu, aku bersama teman-temanku pergi ke suatu tempat untuk makan karena ada traktiran dari salah seorang teman yang berulang tahun. Di saat sedang asyik-asyiknya bercanda, terlihat seorang adik yang tampak kelelahan dan menangis di sudut malam yang sepi. Adik ini seorang penjual gilingan, biasanya untuk menggiling bumbu ataupun cabe untuk sambal. Pastinya berat apalagi untuk adik ini yang mungkin usianya antara delapan sampai sepuluh tahun. Terlihat kesedihan di wajahnya, mungkin dagangannya belum laku seharian. Aku pernah melihatnya juga di suatu tempat yang lain. Tidak seharusnya dia sedih seperti itu, apakah dia masih sekolah? dimanakah rumahnya? Pertanyaan itu yang selalu berkeliling-keliling di kepalaku. Ingin membeli, tapi teringat untuk apa nanti aku pergunakan gilingan itu. Ingin mengajaknya makan tapi dia tidak mengenalku. Apa yang harus kulakukan? Seperti ilmu tarbiyah selama ini belum dapat kupraktikan, sedih rasanya tapi itulah hidup, dan ini adalah Jakarta, kota yang keras. Hingga aku berazzam jika suatu saat aku bertemu dengannya lagi, aku ingin melihat senyum di wajahnya.

Kamis, 09 Februari 2012

Let's Go Green!

Beberapa hari ini Jakarta, khususnya daerah Tangerang Selatan dilanda oleh musim kemarau, yang panasnya bisa dibilang luar biasa. Di belahan bumi lainnya yaitu daerah Eropa, sejak beberapa pekan lalu musim dingin yang sangat hebat melanda mereka. Suhu disana diperkirakan selalu minus 30 derajat, sehingga korban pun banyak yang berjatuhan sedikitnya ada sudah ada 400 orang lebih meninggal dunia akibat badai salju ini menurut VOAnews.com.
Lalu apa hubungannya dengan cuaca di Indonesia?
Tentu saja berhubungan.
Kita hidup di dunia yang sama, walaupun berbeda daerah dan cukup jauh juga jaraknya. Tapi, apa tidak aneh ketika kita disini merasa sangat kepanasan, sedangkan disana mereka kedinginan? Mungkin inilah yang sudah diramalkan sejak lama bahwa iklim di bumi akan semakin buruk dari tahun ke tahun. Kenapa? Ya apa lagi kalau bukan isu global warming. Keseimbangan alam semesta yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dirusak dengan kerakusan sifat manusia.

Merupakan suatu keanehan juga dulu Indonesia merupakan negara yang hanya punya dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau, itupun siklusnya teratur. Namun yang terjadi sekarang, kita juga memiliki musim  semi penghujan dan musim semi kemarau. Disebut musim semi penghujan, terkadang malah ada saat dimana hari sangat panas, kemudian hujan sangat lebat. Begitu juga keadaannya pada musim semi kemarau. Jadi tidak ada lagi kata-kata sedia payung sebelum hujan, karena kita tidak bisa memprediksi kapan turun hujan.
Selain itu, musim di daerah pulau jawa saja bisa berbeda dengan pulau sumatera, padahal kan sama-sama terletak di Indonesia bagian barat.

Parahnya lagi kondisi cuaca ekstrem di Eropa diperkirakan akan berlanjut hingga bulan depan. Sehingga kemungkinan korban akan berjatuhan lebih banyak lagi.
Mungkin yang perlu ditekankan disini adalah sudah saatnya kita mensyukuri segala kenikmatan yang kita terima selama ini, dengan banyaknya hutan yang kita miliki, air yang mudah didapat dan makanan yang berlimpah. Mulai dari sekarang atau kita akan menerima azab dari kekufuran kita. 

øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkati (nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim:7)

Ayo jaga bumi kita, sehingga anak cucu kita bisa tetap mengenal pohon itu seperti apa, burung-burung seperti apa, dan lainnya yang sekarang ini terancam punah. Yang perlu dilakukan adalah mulai dari diri sendiri dulu, mulai dari hal yang sepele, seperti mematikan air jika tidak digunakan, mencabut stop kontak jika tidak digunakan, menghemat penggunaan kertas, dan kalau bisa belajar mendaur ulang kertas hehe, selain itu membuang sampah pada tempatnya, sayangi makhluk hidup lain di sekitar kita.

Jika tiap orang melakukan hal itu maka global warming tidak akan ada lagi, sehingga bumi ini menjadi bumi yang indah kembali. Kita pun bisa bernapas dengan bebas tanpa takut terkena polusi.
 Sedih banget melihat kota-kota industri yang udaranya sudah tercemar limbah, sehingga manusia disana pun tidak bisa hidup dengan sehat. Jangan sampai negara kita seperti itu.
Banyak cara menjaga lingkungan kita, hanya tinggal kemauan dari diri sendiri untuk melakukannya.
Let's GO GREEN!!!



Rabu, 08 Februari 2012

Indahnya Saling Memahami

"Hari ini ia adalah orang yang sangat mengerti akan perasaan hatimu
mungkin esok, dia adalah orang yang paling tidak memahamimu
Janganlah memaksa karena saudaramu juga hanyalah
seorang manusia biasa"

Bait di atas adalah penggalan lagu dari Maidany yang berjudul Bahasa Jiwa. Lagu itu seperti mengisyaratkan bahwa perasaan orang itu berubah-ubah begitu juga sahabat. Jadi tidak selamanya perasaan kita dimengerti oleh sahabat kita apalagi orang lain.
Tentu saja untuk dapat dimengerti oleh orang lain maka kita harus terlebih dahulu mengerti perasaan orang lain. Akan tetapi, tidak semua orang paham akan hal itu, sehingga mereka selalu menuntut untuk dimengerti. Dan hal ini tentu saja membuat pertengkaran dan permusuhan dimana-mana.

Ada sebuah kisah. Dikisahkan ada dua orang sahabat yang saling menyayangi satu sama lain. Mereka sudah bersama sejak SD hingga beranjak remaja pun mereka selalu berdua. Pada suatu saat, sahabat yang pertama mempunyai masalah dengan keluarganya, orang tuanya hendak bercerai. Tapi, sahabat yang kedua tidak memahami perasaan sahabat yang pertama. Ketika mereka sedang berdua, sahabat kedua yang menganggap sahabat pertamanya itu selalu memahami perasaannya, maka dia pun mulai bercerita tentang betapa bahagianya dia mendapat beasiswa ke Jepang, namun kemudian dia sedih karena orang tuanya tidak mengizinkan. Lalu dia berharap sang sahabat menghiburnya dengan mengatakan bahwa dia seharusnya tetap berangkat ke Jepang. Tapi yang dikatakan sahabat pertama berbeda. Dia mengatakan kepada sahabatnya bahwa dia harusnya mengikuti kata-kata kedua orang tuanya, sambil menangis dan kemudian bercerita tentang keadaan keluarganya saat itu.
Sahabat kedua terkejut karena dia tidak menyangka sahabatnya sedang dilanda kesedihan, akhirnya mereka sama-sama menguatkan satu sama lain.

Kisah di atas adalah kisah dimana kedua orang sahabat walaupun sudah bersama sekian tahun belum tentu langsung memahami perasaannya. Terkadang kata-kata tidak ma'rifat keluar dari mulut seorang sahabat, ketika sahabatnya tidak mengetahui kesenangan ataupun ketidaksenangannya. Tapi apakah kemudian sahabat itu ma'rifat kepada sahabatnya yang dibilang tidak ma'rifat itu? Wallahu alam.

Poin pentingnya adalah:
Di dalam hati setiap manusia ada benih keegoisan, yang jika dipupuk maka akan semakin besar. Dipupuk disini maksudnya dipelihara hingga keegoisan itu menjadi semakin besar dan menguasai diri manusia. Akan tetapi bibit keegoisan itu bisa mati ketika ada perasaan saling memahami. Tak peduli ia sedang kesal, sedih , ataupun marah, ia tetap harus memperhatikan perasaan orang lain.
Misalnya ketika ia sedang marah, lalu adiknya datang untuk bertanya suatu pelajaran, kemudian dia memarahi adiknya, apa yang kemudian terjadi? Ya tentu saja adiknya menangis dan mengadu kepada sang ibu dan ibu kemudian memarahinya. Ujung-ujungnya tidak menghasilkan kebaikan bukan?
Tapi ketika ia bisa meredam kemarahannya dengan tersenyum kemudian mengajari adiknya, maka perasaan marah itu lambat laun akan hilang dan tidak terasa lagi.

Pemaksaan kehendak itu adalah ciri dari orang yang otoriter. Sama seperti pemimpin yang otoriter, maka orang yang otoriter juga tidak akan disukai oleh orang lain. Sehingga berusahalah menjadi orang yang dapat memahami perasaan orang lain, jika ingin perasaan kita dipahami juga oleh orang lain.
Dalam menghadapi sebuah masalah, kita dianjurkan untuk tidak hanya memandang dari satu sisi, tapi lihatlah juga dari sisi-sisi yang lain, sehingga kita bisa lebih bijak mengambil keputusan. Walaupun sulit karena bibit ego yang ada di dalam diri tiap manusia, tapi tetap harus mencoba untuk membasmi bibit itu. Mungkin ada yang merasakan sakit di awalnya, tapi percayalah semuanya akan indah pada waktunya dan kita dapat menjadi orang yang bisa menikmati hidup tanpa rasa dendam ataupun sakit hati.


Feed me, Please =D