Minggu, 25 November 2012

Tanah Yang Dijanjikan (Palestina)

Masih terasa basah di pipi, ketika saat itu terdengar kabar saudara-saudari di Gaza sedang diserang oleh Israel. Meski kabar yang kuterima hanya dari media online tapi itu saja sudah cukup membuat tubuhku gemetar. Bagaimana tidak, karena mereka disana meskipun digempur oleh roket-roket dan senjata berat Israel, mereka masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya, dan yang paling menakjubkan adalah anak-anak disana tidak henti-hentinya menghafal ayat-ayat suci Al Quran, sehingga terlahir hafiz-hafizah setiap harinya. Hal ini pula lah yang membuat bangsa Yahudi takut dan khawatir sehingga mereka ingin membunuh semua anak-anak dan wanita di Palestina, agar tidak ada lagi penghafal Al Quran disana dan mereka dapat menguasai tanah Palestina dengan mudah. Tapi mereka membuat makar kepada Allah, sedangkan tanpa mereka ketahui Allah juga membuat makar yang jauh lebih dahsyat dari mereka dan itu kelak akan membinasakan mereka semua.

Mereka kaum Yahudi adalah orang-orang pengecut, lemah hati dan tidak punya orientasi hidup, selalu melanggar perjanjian, dan sifat mereka adalah sifat-sifat yang paling buruk yang ada di dalam hidup. Semua kisah mereka tercantum di dalam Al Quran. Bagaimana mereka mendustai setiap nabi yang diutus Allah kepada mereka, bahkan mereka tidak segan membunuh nabi-nabi itu.

Korban yang tewas pada penyerangan Yahudi kali ini kebanyakan berasal dari kaum wanita dan anak-anak. Tangisan demi tangisan terus berderai melepas kesyahidan mereka. Akan tetapi semangat tidak pernah surut pada diri mujahid-mujahid Palestina. Semua bahu membahu membela tanah kelahiran mereka yang ingin direbut oleh bangsa terusir, yaitu bangsa Yahudi. Yahudi Laknatullah dan begitu juga para sekutu-sekutunya.
Meski tidak bisa membantu secara langsung, tapi doa kepada kalian tak pernah terlupakan. Doa untuk saudara seiman yang sedang dicoba tiada henti dan dituntut kesabaran yang luar biasa untuk menghadapinya. Berbeda dengan diriku disini dan mungkin banyak umat muslim di dunia yang tidak merasakan penderitaan mereka. Banyak yang terlena dengan kenikmatan yang dirasakan di dunia, sedangkan mereka berjuang untuk bisa syahid dan mengharap surga-Nya.

Sampai ada suatu ketika, aku membaca sebuah tweet yang bertuliskan "Mereka saudara kita mujahid di Gaza menginginkan surga dengan memberikan nyawa mereka untuk syahid di jalan-Nya. Lantas kita disini yang pasti mengharapkan surga yang sama sudah memberikan apa?"

Lelah itu Sunnatullah

Terkadang atau bahkan sering kita mengeluh karena merasa sangat lelah menjalani hidup ini. Padahal tidak sedikit juga yang mengeluh itu mengetahui bahwa mengeluh itu tidak akan meringankan beban yang sedang dirasakan, bahkan bisa memperburuk keadaan. Karena dengan mengeluh, kerja hati akan merasa berat sehingga mempersulit tubuh untuk bisa memperoleh kenyamanan.

Lelah itu merupakan sunnatullah, maksudnya setiap orang pasti akan merasakannya. Sama seperti kecenderungan rasa suka terhadap lawan jenis, itu juga sunnatullah.  Jika kita merasa lelah, itu berarti kita sudah membuktikan bahwa kita tidak malas. Karena orang yang malas tidak akan memperoleh apa-apa dalm hidupnya.

Hidup ini perjuangan. Orang tua yang membesarkan anaknya juga butuh perjuangan, memberinya makan, tempat tinggal, bahkan untuk menyekolahkan anaknya agar bisa membahagiakan orang tuanya kelak. Jika orang tuanya tidak mau lelah dan tidak mau berjuang, lantas bagaimana sang anak hidup? Jika itu terjadi pastilah orang tua itu dianggap tidak bertanggung jawab. Lantas apakah orang tua mengeluh jika lelah bekerja demi membesarkan anak-anaknya? Harusnya tidak, karena itu sudah menjadi kewajiban mereka.
Kemudian, jika seseorang yang sedang menuntut ilmu merasa lelah belajar, apakah kemudian dia akan mengerti jika dia mengeluh karena kelelahan?

Rumah Tadah Hujan (Empat Sekawan)

Sering kita mendengar kata sawah tadah hujan. Namun yang sekarang dibicarakan bukanlah tentang sawah, melainkan rumah yang kami tempati selama di pondok pesantren.

Setiap kali hujan deras, pekerjaan kami adalah menguras air yang merembes masuk dari lantai rumah. Awalnya kami mengira air itu berasal dari atap genteng yang bocor. Ternyata asalnya bukan dari atap yang bocor ataupun "ketampon" melainkan air dari bawah lantai. Kemungkinan besar rumah yang kami tempati tidak dibangun dengan benar. Di bawahnya tidak dibuat jalur air. Selain itu tempat kami lebih rendah, sehingga semakin memperparah keadaan. Akhirnya kami harus selalu siaga jika hujan tiba.

Minggu, 11 November 2012

Perjalanan ke Pematang Sawah (Empat Sekawan)

Pada hari itu, kami berempat berencana berjalan-jalan di sekitar desa pondok pesantren. Masih pukul 05.30 tapi langit sudah terang benderang layaknya pukul 07.00 di kota kelahiranku. Semangat menggebu-gebu menyertai keberangkatan kami pagi itu.

Awalnya kami melewati sebuat jembatan yang di bawahnya ada sungai yang hampir mengering karena jarangnya turun hujan. Lalu kami berhenti sejenak sambil menikmati udara pagi itu dan pemandangan langit yang subhanallah indahnya.
Setelah puas kami kemudian melanjutkan perjalanan. Karena takut nyasar, akhirnya kami menapaki jalan tanpa berbelok.

Sabtu, 10 November 2012

Empat Sekawan

Mungkin kalian pernah mendengar kisah Lima Sekawan? Atau bahkan pernah membaca dan suka?
Kali ini bukan kisah Lima Sekawan yang ingin aku ceritakan, tapi kisahku sendiri bersama tiga orang temanku, yang akhirnya kuberi nama Empat Sekawan.
Dan inilah kisah kami, Kisah Empat Sekawan.

Jumat, 09 November 2012

Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Sudah bosan rasanya mendengar pemberitaan korupsi dimana-mana. Dari kalangan kecil sampai yang kelas kakap pun ada. Dari orang yang terlihat tidak alim sampai yang alim pun terlibat kasus yang hina itu. Sungguh dimanakah moral bangsa kita sekarang ini? Apakah dia sudah lenyap ditelan kemaksiatan yang sudah merajalela? Atau sedari awal dia memang tidak ada? Aku tidak tahu, sampai suatu saat dibentuklah sebuah badan yang bertugas memberantas penyakit menular itu, yang dinamakan Komisi Pemberantasan Korupsi atau sering dipanggil dengan KPK.
Sepak terjang KPK dinilai sangat pro rakyat. Karena memang tikus-tikus itu telah banyak menggerogoti harta rakyat bahkan sudah mulai berani mengikis hati-hati yang lemah. Sebuah kejahatan yang menurutku sangat tidak bisa dimaafkan. Coba lihat pemberitaan tentang korupsi di media massa, setiap Kementerian ternyata tidak bisa lepas dari peluang korupsi. Dari yang ada buktinya sampai kemungkinan sulit dicari bukti-buktinya. Tapi tetap saja semua itu korupsi namanya. Merugikan negara, merugikan rakyat, dan menghancurkan bangsa.


Ayo Bangkit Indonesia!

Teringat saat ustad berkata Indonesia sekarang adalah incaran kemaksiatannya Amerika* dan Yahudi. Mulai dari program hiburan bahkan perekonomian Indonesia pun sekarang sudah mereka yang pegang. Tentu saja ini demi mewujudkan ambisi mereka untuk menguasai dunia dan menghancurkan umat Muslim.
Indonesia memiliki jumlah umat Muslim terbanyak di dunia. Namun hal ini tidak didukung dengan pengetahuan yang mendalam tentang ajaran agama Islam. Sehingga umat Muslim di Indonesia mudah dijerumuskan ke dalam kemaksiatan. Selain itu ternyata diam-diam mereka sudah membangun tempat-tempat yang menyimbolkan keberadaan mereka, seperti Tugu Monas, dan Lambang MPR. Produk-produk mereka pun sudah menguasai peredaran barang di Indonesia.
Begitu juga dengan program hiburan, seperti acara-acara musik di TV. Apa yang kita lihat jika kita menonton acara tersebut? Anak-anak sekolahan mulai dari SMP, SMA, sampai anak kuliahan. Bahkan terkadang acara tersebut juga mengundang adik-adik yang masih duduk di bangku SD. Mungkin kebanyakan berpikir memang ada yang salah dengan itu semua?

Senin, 05 November 2012

Tentang Keikhlasan

Seorang ustad di pondok pesantren ini sering menyampaikan nasihat tentang arti sebuah keikhlasan. Begitu berat seseorang untuk dapat ikhlas melakukan sebuah kebaikan. Tingkatan keimanan seseorang yang paling tinggi adalah dia hanya mengharap balasan dari kebaikannya adalah ridho Allah SWT. Namun kebanyakan orang berdalih tidak mau beramal karena belum bisa merasa ikhlas. Padahal keikhlasan seseorang itu hanya bisa diketahui oleh Allah.
Jadi seseorang tidak akan bisa ikhlas, sebelum dia sering melakukan hal tersebut. Kalau belum dimulai ya bagaimana bisa ikhlas? Ibaratnya bagaimana kita bisa mahir memasak jika tidak pernah memasak?
Yang pertama kali harus dilakukan adalah memang paksakan diri untuk mau bergerak, berbuat kebaikan. Abaikan pikiran akan keikhlasan. Biarkan Allah saja yang menilainya :)

Feed me, Please =D