Di Madinah Al Munawarrah
Setiap memasuki Masjid Nabawi
ataupun Masjidil Haram, jamaah yang membawa tas akan diperiksa oleh petugas.
Lebih baik jika selalu membawa plastic kresek untuk menyimpan sandal, meskipun
agak repot karena akan memudahkan ketika ingin keluar dari masjid. Jika ingin
minum air zamzam, jangan khawatir karena di dalam masjid Nabawi banyak sekali
tersedia air zamzam lengkap dengan cup untuk minum. Ada dua macam air zamzam
menurut suhunya, yaitu air zamzam yang biasa (terdapat tulisan “not cold”) dan ada
air zamzam yang dingin. Lebih baik pilih yang “not cold” karena cuaca disana
sangat berbeda dengan cuaca di Indonesia.
Sewaktu sholat tarawih pertama,
kami masih di Madinah dan pada saat itu jamaah sangat ramai, sepulang dari
masjid saya dan mamak tidak keluar dari Gate 26 melainkan dari Gate 30 karena
jamaah yang ramai dan berdesak-desakkan sehingga kami pun terpisah. Saya sampai
duluan di hotel sambil berdoa semoga mamak bisa sampai juga ke hotel. Sekitar
15 menit kemudian barulah mamak muncul dari keramaian. Kondisi di hotel pun
tidak kondusif jika di jam-jam sholat ataupun jam makan. Lift yang tersedia
sedikit sedangkan jamaahnya banyak sehingga harus menggunakan tangga manual,
yang tidak mungkin kami tempuh karena kami berada di lantai 10. Akhirnya kami
menyiasatinya dengan naik tangga dulu sampai lantai 3 ataupun lantai 4 setelah
itu baru menunggu lift berharap di lantai tersebut sudah tidak lagi sepadat
jika menunggu di lantai lobby.
|
Pintu Masuk ke Raudhoh
(Ini adalah bangunan utama Masjid Nabawi) |
Di Masjid Nabawi terdapat makam
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin
Khattab Radiyallahu ‘anhumaa dan juga salah satu taman-taman surga yaitu
Raudhah. Setiap saat banyak jamaah yang ingin ziarah dan mendatangi Raudhah.
Sehingga ada pembagian kelompok-kelompok menurut bangsa, seperti bangsa Melayu,
Turki, India, dsb. Waktu yang disediakan juga sangat singkat. Padahal orang
berlomba-lomba ingin sholat dan berdoa di Raudhoh. Dorong-dorongan dan berdesakan
adalah hal biasa disana. Raudhoh ditandai dengan karpet hijau, jadi jika sudah
berada di Raudhoh laskar akhawat biasanya meneriakkan “sholli-sholli”. Rasanya
tidak akan cukup jika hanya sekali kesana, tapi saya dan mamak baru dapat
sekali kesempatan kesana. Semoga lain kali masih bisa mengunjunginya lagi.
Aamiin.
|
Masjid Quba |
Selain Masjid Nabawi, kami pun melakukan wisata
ke Pekuburan Baqi’ (meskipun hanya melewatinya), Masjid Quba, Bukit Uhud, dan
Kebun Kurma. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Di areal parkiran dan halaman masjid
banyak sekali pedagang kurma dan oleh-oleh khas Arab, murah-murah dan kualitas
kurmanya bagus. Hehe, emang di setiap tempat ziarah pasti ada yang berjualan.
Anggap saja sedekah tapi juga jangan jadi memberatkan. Ada teman yang membeli
kurmanya dalam jumlah banyak, lalu dibagi-bagikan ke teman-teman satu
rombongan, malah jadi nambah pahalanya beliau. Di bukit Uhud, kami melihat
pemakaman para syuhada perang Uhud, salah satunya adalah Sayyidina Hamzah
radiyallahu ‘anhu yang merupakan paman Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
yang sangat beliau cintai. Bukit Uhud adalah bukit yang dicintai Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam dan merupakan salah satu tempat yang akan juga
berada di dalam surga selain Ka’bah dan Raudhah.
|
Kebun Kurma |
Jika teman-teman ingin membeli oleh-oleh, maka lebih tepat jika teman-teman membelinya di Madinah, selain tidak akan mengganggu ibadah, untuk jenis lebih beraneka ragam dan harga juga lebih terjangkau. Kalau saya sendiri karena dari rumah niatnya tidak ingin berbelanja, akhirnya hanya membeli sedikit saja untuk orang di rumah dan souvenir kecil untuk teman-teman dan adik-adik.
bersambung