Dalam kitab Ahkam an Nisa, Ibnul Jauzi berkisah, "Dahulu kala, ada seorang raja di negeri Yaman yang bernama al Harits bin Amru al Kindi. Ia mendengar berita bahwa ada seorang wanita yang terkenal dengan kecantikannya. Wanita itu adalah putri Awf al Kindi. Lalu sang raja mengutus seorang wanita bernama Asham, sebagai comblang kepada keluarga Awf untuk membutktikan langsung kebenaran hal itu.
Maka, berangkatlah Asham menuju rumah Awf. Sesampainya di sana, ia diterima oleh istri Awf yang bernama Umamah binti al Harits. Asham pun mengabarkan maksud kedatangannya. Lalu Umamah menemui salah satu putrinya.
Dari dalam kamarnya, Umamah berkata kepada putrinya, "Wahai putriku, sesungguhnya di luar ada bibimu datang kepadamu untuk memperhatikan sebagian urusanmu. Keluarlah engkau dan temui dia. Jangan kau sembunyikan apa pun darinya. Berbicaralah kepadanya sesuai pembicaraan yang dimaksud olehnya."
Kemudian setelah Asham bertemu dengan putri tersebut, dia pun kembali untuk mengabarkan apa yang dilihatnya kepada raja. Setelah mendengar cerita Asham, raja dengan berkeinginan kuat untuk melamar putri Awf. Lamaran diterima dan Awf menikahkan putrinya kepada sang raja.
Pada malam pertama, sang ibu mendatangi putrinya. Ibunya memberikan
nasihat berharga sebagai bekal perkawinan. Ada sepuluh hal agar seorang istri bahagia.
Kesatu dan kedua, bergaullah dengannya dengan sikap merasa cukup (qanaah) dan dengarkan baik-baik ucapannya dan taatlah kepadanya. Sesungguhnya dalam sikap merasa cukup ada ketentraman hati sedangkan dalam mendengar dan taat ada keridhoan Allah.
Ketiga dan keempat, ia meminta putrinya untuk memperhatikan tempat tatapan mata suaminya dan penciumannya. Jangan sampai saat matanya tertuju padamu di saat engkau sedang dalam keadaan jelek dan jangan sampai penciumannya ketika tertuju padamu di saat dirimu tidak wangi.
Kelima dan keenam, perhatikan waktu tidur dan makannya. Karena panasnya lapar dapat membakar perasaan dan kurangnya tidur dapat menimbulkan marah.
Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memperhatikan kemuliaan dan keluarganya.
Kesembilan dan kesepuluh, jangan melawan perintahnya dan jangan bongkar rahasianya. "Jika engkau melawan perintahnya, berarti engkau membuat dadanya cemburu. Jika engkau bongkar rahasianya maka engkau tidak akan aman dari tipu dayanya. Janganlah engkau bergembira di hadapannya di saat ia sedang bersusah hati, dan jangan pula engkau bermuram durja di saat ia sedang bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar