حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو
بْنَ الْعَاصِ يَقُولُ بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَقَالَ « خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى ». فَأَتَيْتُهُ
وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ « إِنِّى
أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ
وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى
الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ «
يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ »
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Telah menceritakan
kepada kami Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku
agar mengatakan, “Bawalah
pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.” Maka aku pun datang
menemui beliau, sementara beliau sedang berwudlu. Beliau kemudian memandangiku
dengan serius dan mengangguk-anggukkan (kepalanya). Beliau lalu bersabda: “Aku ingin mengutusmu berperang bersama
sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah dan dan
aku berharap engkau mendapat harta yang baik.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidaklah
memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi saya memeluk Islam
karena kecintaanku terhadap Islam dan berharap bisa bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka beliau bersabda: “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah
harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih.” (HR. Ahmad 4/197.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Muslim)
Allah pernah mengatakan jika
hambaNya menginginkan harta dunia maka akan segera diberikan oleh Allah, tapi
sebagai gantinya nanti di akhirat dia akan dimasukkan ke dalam neraka. Seperti
kisah para istri Rasul SAW yang menginginkan harta dunia yang kemudian langsung
ditegur Allah, jika memang ingin harta dunia maka mereka harus berpisah dengan
Rasulullah SAW, tapi apa yang kemudian mereka pilih adalah tentu saja Allah dan
RasulNya.
Tentu saja bukan berarti ketika
kita tidak mencintai dunia, kita menjadi benar-benar meninggalkan aktivitas dunia,
seperti belajar, bekerja, makan, dan bermuamalah. Bukan berarti hanya
menghabiskan waktu untuk sholat di masjid dan tidak berusaha mencari
penghasilan untuk hidup.
Jika kita mengingat kisah istri
Rasululullah SAW, Khadijah ra yang menginfakkan seluruh hartanya untuk dakwah
Rasulullah SAW, bahkan selain beliau ada juga sahabat-sahabat Rasulullah SAW
yang membelanjakan harta yang dimilikinya untuk kemajuan Islam, maka kita akan
paham bahwa Islam tidak hanya menyuruh kita sholat tapi juga mencari harta,
tapi untuk apa? Untuk dibelanjakan di jalan Allah.
Pernah disebutkan oleh Rasulullah
SAW tentang orang yang bangkrut. Siapakah orang yang bangkrut? Ternyata bukan
karena hartanya habis dan tidak sanggup membayar hutang, melainkan seseorang
yang datang ke hadapan Allah dengan segudang amalan ibadah, tapi kemudian satu
persatu orang lain datang dan mengadu kepada Allah bahwa dirinya pernah
disakiti oleh orang yang ahli ibadah itu. Akhirnya , seluruh amalan ibadahnya
diambil oleh orang-orang yang pernah disakiti hatiny olehnya di dunia, dan
kemudian dia pun dilempar ke dalam neraka. Na’udzu billah.
Tidak akan sempurna amalan ibadah
seseorang di dunia jika malah kehidupan sosialnya buruk. Seorang yang rajin
sholat, begelar haji pula, tapi di kesehariannya dia sering memfitnah,
mengghibah, menyakiti orang lain di sekitarnya. Khoirunnas Anfa’uhum Linnas,
manusia terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Jangan
sombong dengan ibadah- ibadah yang kita lakukan, apakah kita yakin kalau Allah
menerima amalan-amalan itu? Jangan sampai ibadah-ibadah yang kita lakukan hanya
menjadi debu-debu yang beterbangan dan tidak membuat kita masuk ke dalam surga.
Wallahu A’lam Bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar