Senin, 21 Mei 2012

Keutamaan Bulan Rajab

Banyak teman-teman yang keliru dalam memberi penilaian tentang keutamaan bulan Rajab, salah satunya dengan mengatakan bahwa dengan berpuasa di bulan Rajab dan mengingatkannya akan mendapat pahala yang senilai dengan ibadah selama 80 tahun. Secara logika, pertama kali mendengar ini jujur hatiku langsung tergelitik, walaupun perbuatan sebesar biji sawi juga mendapat balasan, tapi tentang balasan pahala ibadah seperti beribadah selama 80 tahun terasa tidak masuk akal. 

Sebuah ibadah dilakukan harus dilandaskan dengan perintah dari Allah ataupun juga dicontohkan oleh Rasul SAW di luar dari itu kemungkinan besar akan menjadi bid'ah dan bid'ah itu akan membawa kepada kesesatan. Hasan bin 'Athiyah berkata: "Tidaklah suatu kaum melakukan bid'ah dalam urusan agama, melainkan Allah mengambil sunnah dari mereka seumpamanya dan tidak mengembalikan kepada mereka hingga hari kiamat". Bahkan Ayyub as-Sahtiyani berkata "Tidak bertambah pelaku bid'ah dalam ijtihad melainkan ia bertambah jauh dari Allah".


Minggu, 20 Mei 2012

Kenalkah Kamu dengan Sejarah Bangsamu? Perjalanan di Kota Tua

"Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya"

Setidaknya itu lah salah satu kalimat yang disampaikan pembicara di panggung Jakarta Festival Museum Day, tanggal 19 Mei 2012 kemarin. Selain itu ada banyak stand-stand di halaman Museum Sejarah Jakarta tersebut. Stand-stand itu punya nama masing-masing, sesuai dengan nama-nama museum yang ada di Indonesia. Salah satunya ada Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Al Quran, Museum Telekomunikasi, bahkan Museum Olah Raga juga ada, dan Museum-Museum lainnya.

Hari itu memang sudah dijadwalkan aku dan teman-teman liqo beserta dua orang adik mentiku untuk pergi bertamasya ke Kota Tua, berbekal info jalan yang diberikan oleh teman-teman yang pernah kesana, berangkatlah kami. Ada dua jalan yang bisa kami gunakan untuk sampai kesana dari kampus STAN. Yang pertama adalah dengan naik angkot dari Ceger lalu turun di dekat Pasar Bintaro, kemudian naik Metro Mini 71 sampai ke Blok M, terakhir naik Busway ke Stasiun Kota. Yang kedua naik angkot ke Pondok Ranji, kemudian naik kereta jurusan Tanah Abang, lalu menyambung naik kereta jurusan Stasiun Kota. Kami pergi dengan cara yang pertama dan menghabiskan ongkos sekitar Rp 15ribu pp.

Sabtu, 12 Mei 2012

Keluarga Karena Allah

Sebenarnya mau nulis setelah UAS, tapi tangan ini udah gak tahan lagi ingin mengungkapkan kata-kata yang ada di dalam hati yang tak sempat tersampaikan kepada mereka.

Kelas ini tak pernah terpikirkan olehku akan menjadi seperti ini.
Yang dulu hanya peduli dengan keinginannya sendiri (egois). Yang menurutku mereka hanya seperti orang-orang di luar sana. Gak ada harapan sepertinya untuk menyisipi hal-hal yang menurutku lebih "baik". Yah, itu hanya sedikit dari pikiran "tidak baik" ku. Kenapa coba berpikir seperti itu? Padahal sebenarnya akulah yang egois, akulah yang kurang baik, yang sering berbuat salah, lisan tak terjaga, tindakan tak sejalan dengan ucapan, dan kesalahan lainnya. Gak pantas aku menjudge mereka, yang ternyata dari awal sudah menganggap aku dan teman-teman yang lain sebagai bagian dari keluarga mereka.


Rabu, 09 Mei 2012

Ayo Berjilbab! (Dialog tentang Jilbab)


1. Saya gak mau kerudungan! kerudungan itu kan kuno ["Lha, itu zaman flinstones, lebih kuno lagi, gak pake kerudung"]


     2. Tapi kan itu hal kecil, kenapa kerudungan harus dipermasalahin?! ["Yang besar-besar itu semua awalnya dari hal kecil yang diremehkan"]


3. Yang penting kan hatinya baik, bukan lihat dari kerudungnya, fisiknya! ["Trus ngapain salonan tiap minggu? make-upan? Itu kan fisik?"]


     4. Kerudungan belum tentu baik ["Betul, yang kerudungan aja belum tentu baik, apalagi yang ... (isi sendiri)"]


5. Saya kemarin lihat ada yang kerudungan nyuri! ["So what? yang gak kerudungan juga banyak yang nyuri, gak korelasi kali"]


     6. Artinya lebih baik kerudungin hati dulu, buat hati baik! ["Yup, ciri hati yang baik adalah yang kerudungin kepala dan tutup aurat"]


7. Kalo kerudungan masih maksiat gimana? dosa kan? ["Kalo gak kerudungan dan maksiat dosanya malah 2"]


     8. Kerudungan itu buat aku gak bebas! ["Oh berarti lipstick, sanggul dan ke salon itu membebaskan ya?"]
9. Aku gak mau dibilang fanatik dan ekstrimis! ["Nah sekarang kamu malah sudah fanatik pada sekuler dan ekstrim dalam membantah Allah"]


     10. Kalo aku pake kerudung, gak ada yang mau sama aku! ["Banyak yang kerudungan dan mereka nikah kok"]


11. Kalo calon suamiku gak suka gimana? ["Berarti dia gak layak, bila di depanmu dia tak taat Allah, siapa menjamin di belakangmu dia jujur?']


     12. Susah cari kerja kalo pake kerudung! ["Lalu membantah perintah Allah demi kerja? Emang yang kasih rizki siapa sih? Bos atau Allah?"]


13. Kenapa sih agama cuma diliat dari kerudung? ["Sama saja kayak sekulerisme melihat wanita hanya dari paras dan lekuk tubuh"]


     14. Aku gak mau diperbudak pakaian arab! ["Ini simbol ketaatan kepada Allah, justru orang Arab dulu gak pake kerudung"]


15. Kerudung cuma akal-akalan kaum lelaki untuk menindas wanita! ["Perasaan yang ngadain miss universe laki-laki deh, yang melarang jilbab di prancis juga laki-laki"]


     16. Aku gak mau dikendalikan orang tentang apa yang harus aku pake! ["Sayangnya sudah begitu, TV, majalah, sinetro, itu sudah mengendalikan fashionmu"]


17. Kerudung kan bikin panas, pusing, ketombean ["Jutaan orang pake kerudung, gak ada keluhan begitu, itu cuma mitos"]


     18. Apa nanti kata orang kalo aku pake jilbab? ["Katanya tadi jadi diri sendiri, gak peduli kata orang laen"]


19. kerudung kan gak gaul ["Lha mb ini mau gaul atau mau menaati Allah?']


     20. Aku belum pengalaman pake jilbab! ["Pake jilbab itu kayak nikah, pengalaman tidak diperlukan, keyakinan akan nyusul"]


21. Aku belum siap pake kerudung! ["Kematian juga gak akan tanya kamu siap atau belum dear"]


     22. Mamaku bilang jangan terlalu fanatik ["Bilang ke mama dengan lembut, bahwa cintamu padanya dengna menaati Allah Sang Pencipta"]


23. Aku kan gak bebas kemana-mana, gak bisa nongkrong, clubbing, gosip, kan malu sama baju!["Bukankah itu perubahan yang baik?"]


     24. Itu kan gak wajib dalam Islam? [" Kalo gak wajib kenapa Rasul memerinthakan wanita Muslim menutup aurat?"]


25. Kasih aku waktu supaya aku yakin untuk kerudungan dulu ["Yakin itu akan diberikan Allah ketika kita mau mendekat, yakin deh"]

by: Ust. FS
Rohis BEM FTPD
Ayo Ukhti jangan ragu untuk berjilbab ya mulai sekarang ^.^

Hanya Perkara Dunia

Tersentak tiba-tiba mendengar kata-kata ini keluar dari seorang teman di kelas.
Saat itu kelas sedang dalam keadaan tidak tenang. Kami sekelas sedang berdiskusi masing-masing. Ada yang berdiskusi masalah pelajaran tapi ada juga yang berdiskusi tentang hal lainnya yang dirasa lebih menarik, ataupun hanya sekedar bercanda. Tanpa ada yang sadar, dosen kami ternyata sedang menyiapkan kejutan besar. Apa itu? Ternyata hasil ujian UTS AKL!
Semuanya langsung panik kembali ke tempat duduk masing-masing dan berdoa semoga hasilnya baik. Pak dosen lalu meminta kami membawa kertas ketika dipanggil namanya satu-satu di depan untuk dituliskan nilainya disitu.
Seperti yang lain hatiku pun berdegup kencang. Selain karena ruangannya yang sangat dingin ditambah dengan rasa panik, kemudian menjadikan tubuh ini bergetar. Takut hasilnya mengecewakan padahal sudah berusaha sekuat tenaga, walaupun mungkin masih belum maksimal.
Masih berusaha menenangkan diri. Di saat itulah salah seorang teman berkata, "Udahlah, cuma perkara dunia kok ini, ngapain takut kali?"
Sontak kami yang saat itu duduk berdekatan dengannya terdiam sejenak. Dalam pikiran membenarkan apa yang diucapkannya. Kata yang simple namun langsung bisa diterima akal.

Terkadang atau bahkan seringnya kita memang melebih-lebihkan urusan dunia dibanding urusan akhirat. Sehingga hal-hal kecil pun dianggap masalah besar jika kita tidak dapat memperolehnya sesuai dengan yang kita inginkan. Kita takut dianggap bodoh, tidak berguna dan tanggapan negatif lainnya. Namun ketika dihadapkan dengan urusan akhirat, kebanyakan kita malah menganggap remeh. Ibadah dilaksanakan hanya sebagai pemenuh kewajiban, selepas dari itu terasa tidak ada beban. Perbuatan maksiat dianggap biasa. Seakan-akan kita hidup di dunia ini selamanya, sedangkan kehidupan akhirat hanya khayalan belaka.

Padahal Allah sudah menekankan di dalam Al Quran (An Nisa:77)

Os9r& ts? n<Î) tûïÏ%©!$# Ÿ@ŠÏ% öNçlm; (#þqÿä. öNä3tƒÏ÷ƒr& (#qßJŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¢9$# $¬Hs>sù |=ÏGä. ãNÍköŽn=tã ãA$tFÉ)ø9$# #sŒÎ) ×,ƒÌsù öNåk÷]ÏiB tböqt±øƒs }¨$¨Z9$# Ïpuô±yx. «!$# ÷rr& £x©r& Zpuô±yz 4 (#qä9$s%ur $oY­/u zOÏ9 |Mö6tGx. $uZøŠn=tã tA$tFÉ)ø9$# Iwöqs9 !$oYs?ö¨zr& #n<Î) 9@y_r& 5=ƒÌs% 3 ö@è% ßì»tFtB $u÷R9$# ×@Î=s% äotÅzFy$#ur ׎öyz Ç`yJÏj9 4s+¨?$# Ÿwur tbqßJn=ôàè? ¸xÏGsù ÇÐÐÈ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), Dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan kami, Mengapa Engkau wajibkan berperang kepada Kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun"


Sesungguhnya kesenangan di dunia ini hanya sementara dan kesenangan di akhirat lah yang kekal. Hal ini juga sebagai pendorong bagi kita untuk terus bergiat dalam beramal dan berbuat baik di dunia agar kelak di akhirat memperoleh kebahagiaan yang kekal. Selain itu sebagai penyemangat kita untuk tidak berputus asa ketika kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan di dunia. Tetap bersemangat mencapai tujuan hidup dan senantiasa berserah diri kepada Allah SWT, tidak ada kerisauan akan apa yang terjadi pada diri kita dan kita akan hidup lebih percaya diri ,sehingga ketenangan menjadi milik kita, karena hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.

Sungguh hanya Allah lah yang pantas menjadi tujuan hidup kita. Walau di dunia kita menjadi orang yang pintar, kaya ataupun dihormati, jika Allah tidak berkehendak kita bahagia di akhirat maka hal yang didapatkan di dunia itu akan sia-sia saja. Namun tetap saja kita harus berusaha terus memperbaiki diri kita, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mau mengubah dirinya sendiri .. ^.^
Wallahu'alam bisshawab..


Feed me, Please =D