"Bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya"
Setidaknya itu lah salah satu kalimat yang disampaikan pembicara di panggung Jakarta Festival Museum Day, tanggal 19 Mei 2012 kemarin. Selain itu ada banyak stand-stand di halaman Museum Sejarah Jakarta tersebut. Stand-stand itu punya nama masing-masing, sesuai dengan nama-nama museum yang ada di Indonesia. Salah satunya ada Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Al Quran, Museum Telekomunikasi, bahkan Museum Olah Raga juga ada, dan Museum-Museum lainnya.
Kami sama sekali tidak mengetahui hari itu ada Festival Museum, look! how lucky we are! Biarpun cuaca saat itu panas luar biasa, payung yang dikembangkan tidak mampu bertahan karena tiupan angin, dan tidak ada yang membawa topi, tapi kami sangat senang bisa hadir hari itu. Bahkan tidak sengajasalah satu mentiku di wawancara oleh JakTV, unbelivable. Dan tentu dia terlihat grogi.
Sedikit menceritakan apa saja yang ada di dalam museum-museum itu. Jadi setiap stand punya ciri khas sendiri, contohnya: di dalam Museum Wayang, kita bisa melihat-lihat beberapa koleksi wayang, kemudian di museum Bank Indonesia, kita bisa melihat koleksi-koleksi uang dan ternyata ada foto-foto juga yang menggambarkan seperti apa keadaan sebenarnya di dalam Museum Bank Indonesia, keren banget pastinya. diresmikan pada tahun 2009 oleh Bapak Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono, buka sampai pukul 16.00 sore. Jadi kalau mau kesana sebelum pukul 16.00 sore ya. Di dalamnya kita bisa melihat ruangan yang berisi teater kecil untuk pemutaran film yang berkaitan dengan sejarah uang di Indonesia, ada banyak sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, ada patung-patung orang-orang Belanda, dan uniknya ada satu ruangan yang menyimpan emas-emas batangan (gak tahu asli atau gak). Selain itu ada permainan unik yang aku sulit menjelaskannya, jadi ada uang koin animasi yang kita harus bisa menangkapnya dengan bayangan kita, kalau berhasil akan ada tulisan di bawahnya.
Lanjut kami menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Dikarenakan hujan turun, akhirnya kami harus segera kembali ke tempat awal penyewaan sepeda ontel. Yang namanya pelabuhan pasti banyak kapal-kapal berlabuh. biasanya wisatawan berfoto di atas kapal-kapal tersebut, tapi karena jalan menuju kapal tersebut adalah harus melalui sebatang jembatan, akhirnya kami mengurungkan niat untuk turun, dan melanjutkan perjalanan.
Akhirnya kami singgah sebentar di Toko Merah. Sayang sekali ternyata bangunan itu sedang direnovasi jadi kami tidak bisa masuk. Sejarahnya toko tersebut adalah tempat para Belanda bertransaksi, ya seperti pasar.
Walaupun lelah mendayung dan deg-degan juga sewaktu menyebrang jalan, namun semua tampak senang dan puas.

Thanks for Akasyah and Fatimah Az Zahra yang sudah bersedia menikmati waktu bersama-sama. Di tiap perjalan pasti ada hikmah yang bisa diambil, semoga begitu juga dengan perjalanan kita. Seperti pengamen yang memainkan biola dengan indahnya, saat kita lewat si bapak memainkan lagu berjudul "Bunda" dan hampir membuat tangis ini jatuh. Mempersilahkan ibu-ibu yang sudah tua dan sedang hamil untuk duduk di dalam Busway. Seorang adik kecil yang keadaannya sangat mengenaskan dengan rupa yang tidak sempurna dan seperti ada tumor di kepalanya namun sepertinya tidak ada yang bersedia menolongnya, Astaghfirullah, dan pelajaran-pelajaran lainnya. Semoga perjalanan ini juga semakin mempererat ukhuwah kita. Ukhuwah karena Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar