"Itu Rul 71 nya!!!" sambil berlari mengejar metro mini 71 di blok M untuk dapat kembali ke kosan.
"Iya" sahutku sambil berlari dan memanggil 71 nya. Untungnya ada penumpang lain yang ingin naik jadi kami sempat mengejar metro mini tersebut, jam sudah menunjukkan pukul 20.10 WIB.
Dimulai dari percakapan tiga orang Akasyah'ers yang sedang galau mengisi liburan kuliah mau kemana, akhirnya salah seorang mempunyai ide untuk datang berkunjung ke rumahnya saja sekalian dia mau mengurus E-KTP. Lalu dicapai kesepakatan tanggal 2 Desember 2011, kami pergi ke rumahnya di Jagakarsa, Jakarta Timur. Kami, yaitu aku, silvi dan temanku yang rumahnya di Jagakarsa namanya Asri.
Perjalanan yang seru, karena di setiap perjalanan ada saja hal-hal yang menggelitik yang terjadi di depan mata, mulai dari kaca yang berdecit di metro mini sampai orang tua yang takut turun dari metro mini karena pengemudinya yang suka mengebut. Alhamdulillah perjalanan pergi keadaan lalu lintas tidak terlalu macet, sehingga kami bisa sampai di blok M pukul 12.00 dan saat itu sudah azan sholat jumat. Akhirnya kami mampir ke mushola terdekat untuk menunaikan sholat zuhur. Nah di mushola ini aku sempat memperhatikan seorang ibu yang berdandan memakai kerudung dengan pakaian ketat dan leher kelihatan. Tapi herannya sang ibu tetap pede menggunakannya. Masya Allah ternyata kerudung sekarang tujuannya bukan lagi sebagai penutup aurat, tapi hanya sebagai gaya hidup/style tanpa mengetahui makna kerudung sesungguhnya.
Pada saat perjalanan pergi, ada seorang ibu naik dengan berdandan layaknya penari betawi, mungkin dia memang profesinya menari, tapi jadi unik menurutku, karena jarang melihat yang seperti itu. Di sepanjang perjalanan aku memperhatikan sekitar, lalu aku melihat sebuah tugu, tapi aku tidak tahu itu tugu apa, aku kemudian bertanya pada Asri. "Itu tugu Pancoran" katanya. Wah pengetahuan baru, pikirku. Lalu kami melewati sebuah pasar, yang kemudian aku tahu itu adalah Pasar Minggu, katanya pasar buah, dan memang banyak yang jualan buah disana.
Sesampainya di rumah Asri, kami dijamu oleh masakan ibunya Asri, wah subhanallah bisa perbaikan gizi, hehe. Keluarga Asri sangat ramah dan baik. Maaf ya Ibu dan Bapaknya Asri kami jadi 'ngerepotin'. Pengetahuan tentanga penyakit batu ginjal yang diberikan ibunya asri bermanfaat banget, jadi termotivasi untuk selalu memperhatikan kesehatan dengan banyak minum air putih. Obrolan kami pun tidak jauh-jauh dari kampus dan keluarga.
Ternyata di dekat rumahnya Asri ada Setu Babakan, sejenis danau buatan. Akhirnya selesai Ashar, kami pun bersegera pergi ke Setu itu, dengan dipandu oleh adiknya Asri, Anis. Pada awalnya kami hanya memutari jalan rumah Asri, karena Anis lupa, perjalanan yang melelahkan karena jaraknya cukup jauh belum lagi ternyata kami salah pilih jalan, tapi jadi olahraga tersendiri di sore hari yang mendung.
Akhirnya kami sampai di tujuan. Aku hanya berpikir itu hanya sebuah Setu biasa, tapi ternyata disana juga ada perkampungan suku Betawi.
Banyak hal yang menarik disana, ada rumah adat Betawi, Lampu-Lampu Hias, Ondel-Ondel, bahkan di daerah sekitar Setu ada banyak penjual makanan dan souvenir khas Betawi. Tapi sayangnya kami hanya sempat mencicipi kerak telor disana. Suasana sejuk didukung oleh cuaca sore yang mendung dan banyaknya pepohonan. Cocok sekali untuk refreshing dan banyak juga yang berdua-duaan (pacaran) #asumsi mereka sudah menikah ya..
Ada beberapa foto lain yang diambil, tapi hanya untuk konsumsi pribadi saja hehe ada foto orangnya juga sih. Jadi mungkin cuma beberapa foto ini saja yang bisa aku tampilkan di tulisan ini. Gambar di samping adalah Anis, adiknya Asri, maaf ya jadi ditampilin disini hehe.
Seru kan perjalanannya? belum lagi ketika kami berjalan menuju Setu melewati jalan kecil yang penuh dengan pohon-pohon terutama rambutan dan para warga yang ramah, anak-anak kecil bermain badminton dan saling bercanda, jadi teringat masa kecil. Jadi banyak sekali pengalaman yang didapatkan dari perjalanan hari ini. Semoga bisa selalu menjadi pengingat bahwa selalu ada hikmah di setiap perjalanan.
Pukul 17.00 kami (aku dan silvi) akhirnya mengakhiri kunjungan ke rumah saudari kami, Asri. Sedih, tapi semoga ada kesempatan untuk dapat berkunjung lagi kesana. Di perjalanan pulang, terlihat sudah keletihan dari wajah kami, tapi kami selalu tertawa, karena memang selalu ada kejadian yang menggelitik di tiap perjalanan kami. Contohnya, jika kita menaiki metro mini atau kendaraan umum lain di Jakarta ini, maka harus siap-siap menyediakan koin yang banyak, kenapa? karena pengamen selalu datang silih berganti. Namun ada yang lucu ketika ada dua orang anak menyanyikan lagu yang lucu, mengenai kehidupan anak jalanan, tapi di akhir lagu malah mengarah ke istri dan suami padahal mereka kan masih anak-anak seumuran anak SD -.-'. Belum lagi ada pengamen yang membawa drum atau sejenisnya aku tidak tahu namanya, ke dalam metro mini, jadi kondisinya seperti melihat live concert. Ada-ada saja, tapi demi mencari sesuap nasi apapun akan dilakukan, ya kan?
Oh iya, ada juga ketika aku mengejar waktu sholat maghrib yang tersisa sedikit, sehingga kami pun berlari menuju mushola. Alhamdulillah masih sempat, lalu berlari lagi mengejar 71, hari yang subhanallah.. Mendapat perbaikan gizi juga sekalian olah raga. hehe...
"Sudah sampai belum?" isi sms orang tuaku. "Iya mungkin sepuluh menit lagi, nih udah di angkot" jawabku lewat sms juga. "Kalau sudah sampai sms ya ul, vi" isi sms asri. Sesampainya di kosan, aku pun mulai me-sms orang tuaku dan asri bahwa aku sudah sampai di kosan. "Oke, met istirahat ya, jangan bosan datang ke rumahku" sms Asri. Dalam hati "iya Asri insya allah, aku juga ingin bertemu lagi dengan keluargamu yang ramah hehe.
Begitulah sedikit cerita yang bisa kubagi, tapi sebenarnya masih banyak dan tidak cukup sepertinya kalau hanya ditulis di blog ini =)
Tulisan ini didedikasikan buat AKASYAH semua, Uhibbuki Fillah..