"Hari ini ia adalah orang yang sangat mengerti akan perasaan hatimu
mungkin esok, dia adalah orang yang paling tidak memahamimu
Janganlah memaksa karena saudaramu juga hanyalah
seorang manusia biasa"
Bait di atas adalah penggalan lagu dari Maidany yang berjudul Bahasa Jiwa. Lagu itu seperti mengisyaratkan bahwa perasaan orang itu berubah-ubah begitu juga sahabat. Jadi tidak selamanya perasaan kita dimengerti oleh sahabat kita apalagi orang lain.
Tentu saja untuk dapat dimengerti oleh orang lain maka kita harus terlebih dahulu mengerti perasaan orang lain. Akan tetapi, tidak semua orang paham akan hal itu, sehingga mereka selalu menuntut untuk dimengerti. Dan hal ini tentu saja membuat pertengkaran dan permusuhan dimana-mana.
Ada sebuah kisah. Dikisahkan ada dua orang sahabat yang saling menyayangi satu sama lain. Mereka sudah bersama sejak SD hingga beranjak remaja pun mereka selalu berdua. Pada suatu saat, sahabat yang pertama mempunyai masalah dengan keluarganya, orang tuanya hendak bercerai. Tapi, sahabat yang kedua tidak memahami perasaan sahabat yang pertama. Ketika mereka sedang berdua, sahabat kedua yang menganggap sahabat pertamanya itu selalu memahami perasaannya, maka dia pun mulai bercerita tentang betapa bahagianya dia mendapat beasiswa ke Jepang, namun kemudian dia sedih karena orang tuanya tidak mengizinkan. Lalu dia berharap sang sahabat menghiburnya dengan mengatakan bahwa dia seharusnya tetap berangkat ke Jepang. Tapi yang dikatakan sahabat pertama berbeda. Dia mengatakan kepada sahabatnya bahwa dia harusnya mengikuti kata-kata kedua orang tuanya, sambil menangis dan kemudian bercerita tentang keadaan keluarganya saat itu.
Sahabat kedua terkejut karena dia tidak menyangka sahabatnya sedang dilanda kesedihan, akhirnya mereka sama-sama menguatkan satu sama lain.
Kisah di atas adalah kisah dimana kedua orang sahabat walaupun sudah bersama sekian tahun belum tentu langsung memahami perasaannya. Terkadang kata-kata tidak ma'rifat keluar dari mulut seorang sahabat, ketika sahabatnya tidak mengetahui kesenangan ataupun ketidaksenangannya. Tapi apakah kemudian sahabat itu ma'rifat kepada sahabatnya yang dibilang tidak ma'rifat itu? Wallahu alam.
Poin pentingnya adalah:
Di dalam hati setiap manusia ada benih keegoisan, yang jika dipupuk maka akan semakin besar. Dipupuk disini maksudnya dipelihara hingga keegoisan itu menjadi semakin besar dan menguasai diri manusia. Akan tetapi bibit keegoisan itu bisa mati ketika ada perasaan saling memahami. Tak peduli ia sedang kesal, sedih , ataupun marah, ia tetap harus memperhatikan perasaan orang lain.
Misalnya ketika ia sedang marah, lalu adiknya datang untuk bertanya suatu pelajaran, kemudian dia memarahi adiknya, apa yang kemudian terjadi? Ya tentu saja adiknya menangis dan mengadu kepada sang ibu dan ibu kemudian memarahinya. Ujung-ujungnya tidak menghasilkan kebaikan bukan?
Tapi ketika ia bisa meredam kemarahannya dengan tersenyum kemudian mengajari adiknya, maka perasaan marah itu lambat laun akan hilang dan tidak terasa lagi.
Pemaksaan kehendak itu adalah ciri dari orang yang otoriter. Sama seperti pemimpin yang otoriter, maka orang yang otoriter juga tidak akan disukai oleh orang lain. Sehingga berusahalah menjadi orang yang dapat memahami perasaan orang lain, jika ingin perasaan kita dipahami juga oleh orang lain.
Dalam menghadapi sebuah masalah, kita dianjurkan untuk tidak hanya memandang dari satu sisi, tapi lihatlah juga dari sisi-sisi yang lain, sehingga kita bisa lebih bijak mengambil keputusan. Walaupun sulit karena bibit ego yang ada di dalam diri tiap manusia, tapi tetap harus mencoba untuk membasmi bibit itu. Mungkin ada yang merasakan sakit di awalnya, tapi percayalah semuanya akan indah pada waktunya dan kita dapat menjadi orang yang bisa menikmati hidup tanpa rasa dendam ataupun sakit hati.