Rabu, 26 September 2012

Capacity Building With Kopassus

Hari itu tanggal 18 September 2012, Mahasiswa STAN berjumlah sekitar 500an orang berangkat ke Cijantung, tempat dimana Makopassus berada. Kami merupakan gelombang kedua yang berangkat kesana, setelah sebelumnya teman-teman kami yang gelombang satu telah menjalani pelatihan disana selama seminggu lamanya.
Capacity building adalah latihan dasar kepemimpinan yang merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh kampus untuk wajib diikuti oleh para mahasiswa sebelum yudisium dilaksanakan. Adapun tujuannya adalah untuk melatih dan mendidik para mahasiswa untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang disiplin dan bertanggung jawab serta memiliki moral dan tingkah laku yang baik dan dapat dibanggakan kelak. 
Isu-isu negatif tentang kampus STAN mungkin juga sebagai salah satu alasan pihak kampus lebih memperhatikan etika dan moral para mahasiswanya agar kelak tidak pernah ada lagi yang memberikan citra negatif kepada kampus. Pihak kampus pun kemudian menjalin kerja sama dengan pihak Kopassus untuk dapat mewujudkan rencana ini.
Pelatihan ini dilakukan selama seminggu untuk masing-masing gelombang. Adapun pembagian dilakukan menjadi tiga gelombang. Sebelum pemberangkatan, dilakukan cek kesehatan terlebih dahulu sehari sebelumnya untuk mengetahui tingkat kesehatan mahasiswa yang akan menjadi peserta capacity building. Jika kesehatan mahasiswa tersebut mengkhawatirkan, maka dibolehkan untuk tidak mengikuti pelatihan ini.

Pada awalnya, para mahasiswa merasa keberatan dengan adanya keputusan capacity building ini. Bagaimana tidak? Karena tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada kewajiban seperti ini, dan dikatakan jika tidak mengikuti capacity building ini, maka tidak diperbolehkan mengikuti yudisium. Keperluan yang dibutuhkan juga tidak sedikit, yang mengakibatkan para mahasiswa harus mengeluarkan uang yang lumayan untuk mmbeli keperluan-keperluan tersebut. 
Selain itu, di awal-awal pelatihan berlangsung, banyak juga peserta yang mengeluh, kebanyakan karena waktu makan yang hanya diberikan waktu lima menit, PBB yang juga dirasa sulit dan melelahkan, keharusan untuk disiplin, dsb.
Faktanya, setelah mengikuti kegiatan ini, para mahasiswa mendapatkan efek yang luar biasa. Jiwa Korsa yang selalu diele-elukan pada saat pelatihan berlangsung, ternyata sangat melekat di hati dan pikiran para mahasiswa. Rasa kebersamaan dan juga saling mengenal satu sama lain menjadikan kenangan yang tak bisa dilupakan oleh peserta capacity building. Harapan yang paling besar adalah dengan adanya rasa kebersamaan inilah yang kelak dapat mencegah dari perbuatan yang menyimpang. Para peserta ditanamkan rasa peduli kepada rakyat dan mengabdi kepada negara. Karena selama ini rakyatlah yang telah membiayai para pegawai pemerintah, sehingga seharusnya pegawai pemerintah menjadi pelayan yang sepehuh hati melayani rakyat, bukannya mementingkan keinginan pribadi sehingga merugikan negara.
Seorang pemimpin juga harus dapat dipimpin, begitulah yang dikatakan para pelatih di Makopassus. Meskipun para pelatih juga tidak sedikit yang berusia sama ataupun lebih muda dari para peserta, namun juga harus ditaati jika itu memang benar.
Sebuah pesan juga dari pelatih, yaitu: Jika sudah menjadi pemimpin, jangan lupa terhadap 3 kata-kata ini, yaitu tolong, minta maaf dan terima kasih. Maka setiap orang akan dapat menghormati dan menyayangimu dimanapun kamu berada.


"Adakah STAN di hatimu?"
"Ada, Ada, Ada!"
"Adakah Kopassus di hatimu?"
"Ada, Ada, Ada!"
"Mana dia?"
"Ini Dia!"

@Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Indonesia

2 komentar:

  1. welcome back, kak! ditunggu cerita selanjutnya tentang CB. :D

    BalasHapus
  2. haha iya dek.. :D nanti kalian akan merasakannya sendiri *tawa jahat* hahaha.. (enak kok sebenarnya :3)

    BalasHapus

Feed me, Please =D