Setiap manusia pada dasarnya pasti ingin masuk surga, hanya saja ada yang benar-benar berusaha merealisasikan keinginannya itu dan ada yang hanya ingin bersantai tanpa ada usaha untuk mendapatkannya. Tentu saja berbeda antara yang berusaha dengan yang tidak. Bagi orang yang berusaha untuk bisa masuk surga, ia akan melakukan apa saja yang bisa ia lakukan dengan kemampuan yang ia miliki, meskipun hanyalah sebuah amalan yang sederhana, contohnya adalah seperti kisah pada zaman Rasulullah SAW berikut ini:
Anas Ibnu Malik menceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Nasa'i, tentang orang yang disebut-sebut sebagai penghuni surga. Diceritakan oleh Anas,"Suatu hari, kami bersama para sahabat yang lain duduk dalam satu majelis bersama Rasulullah SAW. Saat memberi pelajaran, beliau berkata,'Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga'. tak lama kemudian, tiba-tiba muncul seorang lelaki Anshar dengan janggut masih basah oleh air wudhu. Ia berjalan dengan tangan kiri menjinjing sandal."
Esok harinya dalam kesempatan yang sama, Rasulullah SAW berkata seperti itu lagi, 'Akan datang seorang lelaki penghuni surga'. Tak lama kemudian lelaki itu kembali muncul. Dalam kesempatan lain, untuk ketiga kalinya, Rasulullah SAW mengatakan hal yang sama. Sahabat Rasulullah, Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash, mencoba mengikuti lelaki Anshar tersebut. Abdullah Ibn Amr berhenti sejenak sambil berpikir mencari alasan yang tepat untuk dapat menyelidiki orang itu. Setelah menemukan alasan yang tepat, ia menghentikan langkah lelaki itu dan berkata, "Wahai kawan, dapatkah kamu memberi pertolongan? Aku bertengkar dengan ayahku dan berjanji tidak akan menemuinya selama tiga hari. Maukah kamu mmeberi tumpangan selama tiga hari itu?" pinta Abdullah Ibn Amr. Setelah diizinkan, Abdullah Ibn Amr mengikuti lelaki itu menuju rumahnya dan bermalam di rumah itu selama 3 hari.
Tujuan Abdullah Ibn Amr tidak lain adalah agar ia dapat melihat ibadah apa yang dilakukan orang Anshar itu sehingga Rasulullah menyebutnya sebagai penghuni surga. Namun ternyata sampai pada malam ketiga, Abdullah Ibn Amr tidak melihat sesuatu yang istimewa dari lelaki itu dalam ibadahnya, samoai ia hamoir saja meremehkan amalan ibadah lelaki itu. Hingga akhirnya Abdullah Ibn Amr berterus terang kepadanya, "Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dengan ayahku dan juga tidak sedang bermusuhan. Aku hanya ingin membuktikan apa yang telah dikatakan Rasulullah tentang dirimu. Beliau berkata dalam majelis sampai 3 kali,'Akan datang seorang di antara kalian lelaki sebagai penghuni surga'. Aku ingin tahu amalan apa yang membuatmu demikian dan aku ingin menirunya agar bisa mencapai kedudukan sepertimu."
Orang Anshar itu berkata,"yang aku amalkan setiap hari tidak lebih dari apa yang kau saksikan"
Saat Abdullah Ibn Amr hendak pamit pulang, orang Anshar itu kembali berkata, "Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau lihat, hanya saja aku tak pernah menyimpan niat buruk kepada sesama muslim (juga yang lain). Aku juga tak pernah ada rasa dengki kepada mereka yang mendapat anugerah dan kebaikan dari Allah."
Mendengar pernyataan itu, Abdullah Ibn Amr membalas, "Begitu bersih hatimu dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada orang lain. Inilah tampaknya yang membuatmu berada di tempat yang mulia itu. Sesuatu yang tidak dapat aku lakukan." demikian kata Abdullah Ibn Amr Ibn Al Ash.
Dari kisah Abdullah Ibn Amr tersebut kita dapat mengambil hikmah, bahwa kita tidak boleh meremehkan amalan seseorang hanya karena kita melihat ibadahnya lebih sedikit dan kurang berkualitas dibandingkan kita. Ada yang mungkin sholatnya masih belum bisa tepat waktu, tapi ternyata dia tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat duha atau tahajudnya, sehingga amalan unggulannya adalah sholat duha atau tahajudnya tersebut. Ada yang mungkin hafalan Qurannya lebih sedikit dari kita, tapi ternyata ia rajin melakukan puasa nabi Daud, dan sebagainya.
Tidak mungkin kita bisa mengetahui kadar keimanan seseorang dan kedudukannya di hadapan Allah. Masih ingat dengan kisah tiga orang pemuda yang terjebak di dalam gua dan hanya dapat keluar setelah mereka masing-masing menyebutkan amalan unggulan yang mereka miliki?
Oleh karena itu, coba tanyakan pada diri kita masing-masing, amalan unggulan apa yang sudah kita miliki? Apakah kita secara istiqomah menjalankannya? Karena sesungguhnya Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi istiqomah :)
Semoga kita termasuk ahlul jannah aamiin..