Minggu, 27 Mei 2018

Ekstra Bonus Kisah perjalanan Umroh dan Perjalanan kembali ke Indonesia

Kebun Kurma
Awalnya tidak mau membeli paket internet untuk di Arab, tapi akhirnya beli juga padahal lumayan mahal Rp 275.000 untuk sembilan hari dan sampai hari terakhir juga masih tersisa 4.5 Gb-an. Dipakai pun hanya untuk membalas pesan di Whatsapp dan sedikit mengurus pekerjaan. Niat ingin fokus ibadah pun jadinya diselingi dengan keinginan narsis juga. Tapi paling tidak ada gunanya juga dan semoga tidak terlintas sedikitpun ingin riya.

Banyak orang yang telah umroh ataupun haji berpesan agar tidak berkata yang tidak baik ataupun jangan mengungkapan kejengkelan hati, karena akan berdampak ke diri masing-masing. Ada cerita dari teman satu rombongan yang kehilangan dompet, ternyata si kakak sempat mengungkapkan kekesalannya terhadap seseorang (tidak perlu disebutkan ya), mungkin juga karena itu akhirnya dompetnya hilang. Ada juga yang terjatuh di masjidil haram karena juga mengungkapkan kekesalannya terhadap orang yang sama. Saya pun kesal dengan jamaah yang berasal dari India (bukan hanya satu orang tapi rata-rata orang India yang saya temui disana memiliki tabiat yang sama) akhirnya saya mengalami kesulitan sewaktu di Imigrasi Jeddah. Memang harus banyak-banyak dzikir dan beristighfar. Apapun perilaku buruk yang kita terima, haruslah ikhlas dan senantiasa memaafkan.

Muthawwif kami berulang kali mengingatkan agar tidak berpisah dari rombongan, tapi sewaktu kami berkunjung ke musium alamoudi ternyata ada tiga orang rombongan kami yang terpisah dan tertinggal di musium tersebut sedangkan kami sudah melanjutkan perjalanan ke Hudaibiyah. Pada saat kami berkumpul di Hudaibiyah dan hendak berniat umroh, datanglah bus dari rombongan lain dan ketua regunya turun lalu menyampaikan bahwa ada tiga orang rombongan kami yang ikut ke dalam rombongan mereka. Seketika kami pun heran kenapa bisa? Ternyata mereka tertinggal di musium alamoudi karena asyik berbelanja. Tapi Alhamdulillah tidak terjadi hal-hal yang tidak baik dan ada rombongan lain yang juga menuju ke Hudaibiyah.

Musium Alamoudi
Agak merepotkan ketika ingin buang air kecil ataupun besar di Masjidil Haram, karena toilet (WC) berada di luar masjid, apalagi jika mendapatkan shaf sholat di bagian dalam masjid. Jumlah jamaah yang banyak mengakibatkan shaf sholat menjadi rebutan dan tidak jarang jamaah bertengkar karena ingin mendapatkan shaf sholat. Ini salah satu hal yang membuat kita harus banyak beristghfar. Ini masih umroh belum lagi kondisi sedang musim haji. Jika ingin ke toilet, hendaknya ada teman yang menjaga tempat kita agar tidak diambil jamaah lain, dan jika keadaan jauh dari WC nya, harap ditandai tempat sholatnya agar mudah untuk ditemukan kembali. Kalau kami setelah subuh biasanya tidak beranjak sampai berbuka, itupun masih saja tetap terhimpit oleh jamaah yang badannya jauh lebih besar. Oh iya, tempat sholat akan senantiasa dibersihkan setiap selesai sholat dan biasanya ada petugas yang berkeliling untuk mengumpulkan sampah-sampah dari jamaah (bisa tisue, botol
minum, dsb) dan biasanya jamaah juga bersedekah kepada petugas kebersihan masjid ini.

Sebelum pulang, kami singgah ke tempat perbelanjaan di Jeddah, namanya Cornesse, saat itu kami melewati juga makam dari Hawa. Tidak banyak yang berbelanja karena sudah banyak oleh-oleh yang dibeli di Madinah dan di Makkah. Di sana kami juga memesan makanan untuk berbuka puasa dan makanannya adalah Wong Solo hehe. Sewaktu di Madinah dan di Makkah juga makanan yang disediakan adalah selera Wong Indonesia kok, jadi tidak perlu kuatir tidak selera makan ya. Jangan lupa selalu berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan kapanpun dan dimanapun juga. Bahkan kami sebelum berangkat berusaha menghapalkan doa minum air zamzam, doa memohon kemudahan, doa sujud syukur, dan doa sholat jenazah karena di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram selepas sholat wajib biasanya juga diselenggarakan sholat jenazah.

Kami sampai di bandara King Abdul Aziz sesaat sebelum berbuka. Setelah makan dan sholat jama' Maghrib dan Isya, kami pun bergegas masuk untuk check in. Awalnya tidak ada kendala, paspor dan tiket kami dibagikan saat berada di dalam bandara, tapi ketika mengantri di imigrasi, tiba-tiba petugas imigrasinya pergi dan tidak ada yang menggantikan, padahal saat itu hanya tertinggal saya, mamak, dan seorang teman dari rombongan kami, sedangkan teman-teman kami sudah lebih dahulu naik dan masuk ke ruang tunggu. Hampir sejam akhirnya ada dari penumpang lain yang membantu kami untuk langsung menuju petugas imigrasi yang tersedia walaupun tentu ada protes dari penumpang yang sudah mengantri di jalur tersebut. Alhamdulillah kami berhasil masuk, dan bergabung dengan teman-teman yang lain.

Alhamdulillah di pesawat pulang saya mendapat kursi tepat di belakang mamak. Kami pun sahur dan sholat subuh dengan bertayammum di pesawat. Berangkat sekitar jam 12 malam waktu Arab dan tiba di Medan jam 12 siang waktu Medan. Setelah itu kami masih harus menunggu bagasi dan air zamzam yang dibagikan per orangnya sebanyak 5 liter. Ada juga beberapa yang membawa air zamzam sendiri meskipun sadar risiko tidak diperbolehkan dibawa masuk ke pesawat, tapi ternyata dibolehkan. 

Kira-kira begitulah cerita singkat dari perjalanan kami selama umroh di bulan Ramadhan. Ada senang, ada sedih, ada jengkel, dsb. Semoga kelelahan dan pengorbanan disana diganti Allah dengan surga-Nya dan dihindarkan dari neraka-Nya. Aamiin.
Bagi teman-teman, yuk niatkan pergi ke tanah suci. Semoga Allah mudahkan langkah kita kesana dan kita pun bisa memenuhi panggilan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feed me, Please =D