Minggu, 27 Mei 2018

Perjalanan di Dua Kota Suci Islam (Madinah Al Munawarah dan Makkah Al Mukarromah) Part III End

Di Makkah Al Mukarromah

Setelah kurang lebih tiga hari di Madinah, kami berangkat menuju Makkah untuk melakukan umroh wajib (karena baru pe
zamzam tower
rtama kali) dengan mengambil miqot (Niat) di Bir Ali. Laki-Laki memakai kain ihram berwarna putih (sunnah) dan wanita juga berpakaian ihram berwarna putih (saya lebih cenderung kain ihram untuk wanita tidak sunnah berwarna putih bahkan tidak wajib karena saya belum menemukan dalillnya, hanya saja untuk wanita pakaian ihramnya adalah pakaian yang menutup aurat). Perjalanan dari Madinah ke Makkah kami tempuh selama kurang lebih enam jam menggunakan bus. Sepanjang jalan yang ada hanyalah pemandangan bukit-bukit pasir yang tandus dan panas. Tumbuh-tumbuhan pun yang memang tumbuh di daerah tandus dan menjadi pakan dari unta. Ada juga kambing-kambing hitam yang memakan batu. Eitsss, bukan makanannya batu, tapi di batu itu ada lumut-lumut yang jadi makanan bagi si kambing. Kondisi alamnya sangat berbeda jauh dengan Indonesia.
Saat selesai umroh wajib
(buku doa tak pernah ditinggalkan)

Perasaan deg-degan ketika mulai mendekati kota Makkah. Kami pun melewati Masjid ‘Aisyah di Tan’im yang merupakan tempat miqot terdekat dan menjadi batas tanah halal dengan tanah haram. Kami tiba di daerah nisfalah kalau tidak salah yaitu daerah hotel tempat kami menginap sekitar 350 meter dari masjidil haram menjelang Ashar. Setiap menjelang waktu sholat, jalan menuju masjidil haram akan ditutup sehingga kendaraan tidak dapat melintas. Akhirnya bus kami pun tidak dapat lewat dan harus menunggu sampai sholat dilaksanakan. Setelah sampai di hotel dan meletakkan barang-barang di kamar, kami pun segera berkumpul kembali di lobby hotel untuk berangkat ke masjidil haram melakukan thawaf, sa’I dan tahalul. Pengalaman luar biasa dapat melihat ka’bah secara langsung untuk pertama kalinya dalam hidup.

masjidil haram di malam hari
Kami pun mengikuti panduan dari muthawwif dalam melaksanakan thawaf dan sa’i. Kami tidak boleh berpisah dari rombongan tapi tetap saja ada yang terpisah dan Alhamdulillah bisa berjumpa kembali saat sa’i. Hendaknya jika dalam rombongan kita terdapat orang yang sudah tua atau kurang fit tubuhnya, kita dapat membantunya dan tidak meninggalkannya, Insya Allah berpahala dan diberikan kebaikan berlipat ganda oleh Allah. Aamiin.

Cuaca di Makkah lebih ekstrim daripada Madinah. Dengan kondisi gedung-gedung
hotel dimana-mana, jalan raya yang sangat lebar, juga tanah-tanah tandus, menyebabkan udara semakin kering. Hari ketiga di Makkah saya pun terkena radang tenggorokan, padahal ingin ikut umroh yang kedua. Kulit pun sepertinya tidak mudah beradaptasi dan akhirnya sering gatal dan menjadi luka. Jadi saran saya mungkin konsultasi dengan dokter kulit dulu ya sebelum berangkat, agar tau obat apa yang cocok dan sesuai dengan kulit kita di cuaca seperti di Makkah sehingga tidak menghalangi kita untuk beribadah. Botol spray berisikan air zamzam sangat bermanfaat di keringnya cuaca Makkah. Berulang kali saya semprotkan di wajah agar lebih segar dan memang air zamzam itu memberi kesegaran dan kesejukan walaupun sebentar saja sudah kering lagi hehe.

foto bareng di jabal rahmah
Di Makkah kami sempat mengunjungi Jabal Nur, Jabal Rahmah, juga melewati Arafah, Mina, dan Muzdalifah. Ada juga museum Alamoudi, miniature dari Musium Ka’bah yang kabarnya tidak dapat dikunjungi karena dilarang oleh pemerintah Arab Saudi. Sebelum pulang, kami pun melaksanakan umroh ketiga dengan mengambil miqot di Hudaibiyah. Saya berniat untuk umroh sunnah sedangkan mamak berniat badal untuk pakde yang sudah meninggal. Miqot untuk umroh ada empat (Bir Ali di Madinah, Ja'ronah, Tan'im dan Hudaibiyah). Alhamdulillah dengan beberapa teman tanpa didampingi muthawwif kami dapat menyelesaikan umroh yang ketiga dengan baik insya Allah. Teriknya matahari tidak pernah menyurutkan jamaah untuk mengelilingi ka’bah dan sholat di sekitarnya. Semakin hari semakin padat jamaah memenuhi masjidil haram. Betapa mulianya rumahmu Ya Allah hingga hamba-hambaMu berduyun-duyun memenuhi panggilan-Mu.

Ka’bah, entah mengapa selalu ingin kami memandangnya. Menengadahkan tangan seraya berdoa berteteskan air mata, mengharap penuh keampunan dari Rabb pemilik Ka’bah. Berusaha mencium hajarul aswad, meskipun tak bisa dan ingin sekali mendekati multazam-Nya, tapi juga belum bisa. Alhamdulillah diberi kesempatan sholat di hijr ismail dan di belakang makam Ibrahim meskipun juga harus berdesak-desakan dengan jamaah yang lain sambil memohon kemudahan dari Allah yang Maha Kuasa. Seusai Tawaf wada’ kami bersimpuh memohon agar dapat datang kembali ke rumah Allah ini, agar Allah berkenan menerima amal ibadah kami dan menghapuskan dosa-dosa kami serta membimbing kami agar selalu berada di jalanNya.
Foto ka'bah diambil setelah Tawaf Wada'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feed me, Please =D