Suatu saat, setan mendemo Tuhan. Mereka tidak lagi mau menggoda umat manusia. Pendek kata, mereka mengadakan mogok kerja.
Maka, Tuhan pun menemui para demonstran itu dan bertanya," Mengapa kalian tidak mau lagi menjalankan tugas menggoda manusia?"
Salah satu juru bicara setan, dengan lantang, berkata, "Bagaimana mungkin kami menggoda manusia, sedangkan kini mereka lebih jahat dari kami, lebih licik dari kami, lebih kafir dari kami, lebih munafik, lebih spmbong, dan lebih kikir. Pokoknya, manusia sudah melebihi kami, para setan ini!
Dari cerita humor ini, kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa perilaku manusia sekarang ini kebanyakan sudah melampaui batas. Seperti kata setan, manusia sekarang sudah lebih jahat dari mereka. Kalau setan saja nantinya di akhirat masuk neraka, maka manusia yang katanya sudah lebih jahat dari setan akan berakhir dimana? Sudah tentu bukan kenikmatan surga yang akan diperolehnya.
Setan benar-benar sudah berhasil menipu manusia dengan membuat manusia memandang dunia adalah segala-galanya. Seakan-akan tidak ada kehidupan lagi setelah kematian.
Ada sebuah kisah lagi,
diceritakan, Raden Sahid (Sunan Kalijaga Muda) sering melakukan perampokan di hutan. Sebagai perampok, dia dikenal sebagai Berandal Loka Jaya. Dia melaukan itu karena melihat ketidakadilan di masyarakatnya. Hasil rampokan selalu dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.
Suatu ketika, seorang tua yang tidak lain adalah Sunan Bonang, lewat hutan markas Beranda Loka Jaya. Ketika mengetahui ada yang lewat, Raden Sahid beraksi, "Hai orang tua, serahkan hartamu kepadaku atau nyawamu akan melayang!" Orang tua itu dengan tenang menyodorkan tongkatnya, yang dalam pandangan Raden Sahid ada;lah emas murni yang berkilauan sinarnya. "Baiklah, tongkatku ini untukmu." "Baiklah kau boleh pergi" kata Raden Sahid.
Namun setelah tongkat itu dipegang oleh Raden Sahid, tongkat emas itu berubah jadi tongkat kayu biasa. Lalu Raden Sahid marah dan berkata "Kau menipuku!" Kemudian Sunan Bonang mengambil tongkat itu kembali dan tongkat itu menjadi tongkat emas lagi, dan begitu seterusnya. Sehingga akhirnya Raden Sahid sadar bahwa orang tua yang ada di hadapannya bukan orang biasa, dan kemudian menjadi murid Sunan Bonang.
Inilah yang dimaksud dipandang indah dunia yang fana, sedangkan akhirat yang abadi hanya dipandang sebelah mata.
sumber: Buku "Kaya tapi Miskin" - Mustamir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar