Selasa, 12 Juni 2012

Short Story 1

Kisah Menggelikan Selama Studi Lapangan di KPP Medan Petisah

Hari Pertama: 
Pukul 07.30, sembilan mahasiswa STAN dijadwalkan berkumpul di lobi Kantor KPP Medan Petisah. Selanjutnya bergegas menuju lantai 2 tempat bagian umum berada. Disana kami akan diarahkan ke bidang mana nantinya kami akan melakukan stulap. Untuk sampai ke lantai selanjutnya bisa menggunakan lift ataupun tangga. 
Akhirnya, kami memutuskan untuk naik lift saja, padahal kalau naik tangga juga tidak akan melelahkan, karena cuma naik satu lantai lagi. Lalu kami pun masuk ke dalam lift tersebut. Sudah disangka bahwa liftnya kelebihan beban. Ada tiga orang yang keluar dari lift itu barulah tidak ada lagi suara yang menandakan lift itu kelebihan beban. Namun yang aneh, lift tersebut tidak mau tertutup (nutupnya lama) akhirnya keluarlah seorang lagi, barulah lift tersebut dapat beroperasi dengan normal. Lelucon teman-teman, sebenarnya yang harus keluar hanya teman yang tadi terakhir keluar saja red:badannya besar :D

Masih bercerita tentang kejadian di lift
Waktu itu di dalam lift ada tiga orang, aku, seorang kakak pegawai, dan seorang bapak pegawai. Lalu dimulailah sebuah pembicaraan singkat
Bapak: Di luar masih panas ya?
Kakak: Panas dong pak, udah kayak neraka aja..
Bapak: Jangan bilang neraka dong..
Kakak: Jadi bilang apa? Kayak surga?
Aku : (hanya diam sambil tersenyum kecil) (emang Medan lagi panas-panasnya banget --")

Hari kedua:
Balada Atap Masjid dan Jendela Masjid
Saat itu waktunya azan Ashar tiba, aku dan seorang temanku berjalan menuju masjid Al-Waliyyu yang berada di kawasan KPP Medan Petisah. Sewaktu kami berjalan ada dua orang ibu-ibu pegawai KPP yang hendak sholat juga. Kemudian kedua ibu itu meneriaki adik-adik bocah yang sedang melompati atap-atap masjid. Adik-adik itu kemungkinan mengambil jalan pintas dengan melompati tembok dan kemudian naik ke atap masjid. Setelah diteriaki, adik-adik itu pun harus turun dengan segera.
Lalu aku dan temanku duduk di serambi masjid sambil menunggu azan ashar berkumandang, sedangkan kedua ibu tadi langsung menuju tempat wudhu, kemudian ada beberapa ibu-ibu pegawai lain yang menyusul datang ke masjid.
Azan pun berkumandang, aku kemudian bergegas untuk berwudhu. Temanku kebetulan sedang berhalangan sehingga dia hanya menunggu di serambi masjid. Setelah aku berwudhu, temanku bercerita, seorang ibu yang meneriaki adik-adik bocah tadi berniat memasuki masjid dengan melewati jendela masjid yang memang posisinya rendah hampir seperti pintu, lalu kemudian salah seorang temannya menegur "Ayo bu, ini jendela bukan pintu" sambil sang ibu menarik temannya itu menuju pintu masjid ._.".

Hari ketiga
Harga sebuah pulpen dan sebuah mobil
Pukul 17.00, kami (stulap-ers #maksa) dan juga pegawai kantor lainnya beranjak pulang dari kantor. Aku dan seorang temanku berjalan menuju parkiran motor. Disana ada seorang temanku yang sedang berdiri menunggu temanku yang lain untuk pulang bersama. Kemudian dia berkata: "Wah bener kan, si kawan tuh bawa mobil!". Sontak, akupun kaget, eh emang iya ya?. Lalu terlintas suatu memori dalam pikiranku.
"tadi siang, si kawan itu minjam pulpen kan ya sama aku? hahahha.. bawa mobil bisa tapi bawa sebuah pulpen kok gak bisa?". Begitulah, ^^"

Hari itu juga adalah hari pertama kami dianggap sebagai high class oleh ketua kelompok pkl kami. Kenapa? Karena kami sudah diregister menggunakan finger print. Untuk mempresensi kehadiran studi lapangan/pkl kami di KPP Medan Petisah.
Sore itu kami sudah berkumpul di depan mesin finger print bersama pegawai yang lain, baik itu pegawai tetap, magangers, PKL-ers, ataupun outsourcing-an SPN, yang tidak menggunakan finger print adalah CS, satpam (mungkin) dan juga adik-adik SMK yang juga sedang PKL.
Hal yang menggelikan disini adalah, tak satupun dari kami yang mengetahui cara kerja alat itu. Alhasil, kami menjadi ragu apakah sudah sukses dipresensi atau belum, sehingga ada teman-teman yang malah menggunakan alat tersebut untuk memastikannya, hahaha --". Dan ternyata cara untuk memastikannya adalah dengan melihat angka yang tertera di layar finger print  dan disesuaikan dengan yang tertera di monitor komputer yang ada di dekat situ. Hehe..

Hari kedelapan
Pada hari itu aku merasakan pengalaman pertamaku melakukan SPN (Sensus Pajak Nasional 2012) bersama kak Tina. Saat itu para pegawai di Waskon 2 sedang ikut rapat, jadi sepi dan tidak banyak yang bisa dikerjakan.
Akhirnya berangkatlah kami berdua menggunakan motor. Aku yang mengendarai motor dan kak Tina duduk di belakang. Oh iya, kak Tina adalah pegawai outsourcing SPN, sebenarnya yang harus SPN adalah bang Aloy dan kak Tina. Tapi berhubung bang Aloy sedang rapat, jadilah kak Tina sendiri yang pergi sensus. Karena akupun gak ada kerjaan, jadilah aku ikut menemani kak Tina.
Di perjalanan, tak mengerti kenapa, sepatu sebelah kiriku dua kali terjatuh saat perjalanan. Akhirnya kendaraan di belakang yang tidak sabar, meng-klakson kami beberapa kali, hingga akhirnya kak Tina memintaku meminggirkan motornya terlebih dahulu, hehe. Jadinya sepanjang jalan itu kami berdua tertawa terkekeh-kekeh. Tapi sebenarnya ada perasaan  gak  enak sama kak Tina. Masa sampai dua kali kejadian yang sama berulang? Ceroboh banget ya? haha :D
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feed me, Please =D