Senin, 04 Juni 2012

Tafsir Al-Ashr

1. Demi Masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran

Al Quran adalah wahyu Allah yang diterima Rasulullah saw sekaligus merupakan mukjizat terbesar yang pernah ada di dunia. Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Quran. Allah banyak memberikan penjelasan tentang waktu di dalam Al Quran, diantaranya di dalam surat Al-Falaq, Al-Fajr, Al-Lail, Asy-Syams, Al-Ashr, dan di surah yang lainnya. Namun yang akan dibahas kali ini adalah tafsir dari Surah Al-Ashr. Pembahasan ini merupakan materi yang diberikan murobbiyah kami Ummi (Bu Hariani Dwi Astuti) pada saat liqo terakhir kami menjelang studi lapangan.

Di dalam surah ini, Allah bersumpah dengan masa (waktu), bahwa manusia itu sesungguhnya benar-benar berada di dalam kerugian, kecuali orang yang beriman. Namun disini yang dimaksud beriman bukan hanya mengucapkan rukun iman yang ada enam itu, tapi orang yang beriman adalah selain dia beribadah juga mengajak orang lain untuk berjalan pada jalan kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.
,ysø9$$Î/#öq|¹#uqs?ur
saling berpesan dengan kebenaran. Sumber Al-Haq adalah Allah, Al Quran dan petunjuk akal yang pasti. 
Kebenaran menghasilkan ilmu.
Keindahan menghasilkan seni.
Kebaikan menghasilkan akhlak.

Jadi sebenarnya ketika kita mengajak seseorang untuk berbuat baik, kita menasihatinya dengan cara yang ahsan, maka secara otomatis kita mengajak diri kita sendiri untuk berbuat kebaikan tersebut. Untuk itu orang yang akan mengajak kebaikan harus berpedoman pada sumber Al-Haq.
 ÎŽö9¢Á9$$Î/ #öq|¹#uqs?ur 
saling berpesan dalam kesabaran. Untuk mengingatkan kebaikan harus ada kesabaran. Ketika seorang mentor sedang membina adik-adik mentinya, mentor tersebut harus menyiapkan kesabaran dan siap menghadapi apapun keadaan binaannya tersebut. Mungkin walaupun sudah berulang kali diingatkan dan dinasihati namun si adik tetap tidak berubah, lalu apakah kemudian sang mentor diperbolehkan mengeluh? Tentu tidak karena mengeluh itu menandakan diri tidak memiliki kesabaran.
Ada perbedaan antara mengeluh dan mengadu. Ketika mengeluh, kita tidak mengharapkan timbal balik dari sang pendengar, kita hanya butuh didengar dan tidak membutuhkan nasihat ataupun solusi. Sedangkan ketika kita mengadu, kita mengutarakan permasalahan yang kita miliki untuk kemudian mengharapkan solusi dan pemecahan atas masalah tersebut, kemudian kita memakai solusi itu dan akhirnya keluar dari masalah tersebut.

Sabar memiliki dua pengertian:
1. sikap tenang saat menunggu
Kesabaran haruslah diiringi dengan upaya dan usaha, semakin keras usaha semakin besar diperlukan kesabaran. Begitu juga sebaliknya, jika semakin sedikit usaha yang dikeluarkan, maka kesabaran pun hanya sedikit diperlukan.
2. memohon hawa nafsu untuk dapat dikendalikan dengan baik. Jadi yang ditekankan disini adalah hawa nafsu tersebut dapat dikendalikan dengan baik, sehingga kita tidak mudah terbujuk rayuan setan untuk tidak sabar dalam melalui kesulitan.

Ada waktu-waktu diperlukannya kesabaran:
1. Ketika kehidupan kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Inilah yang dikatakan kenikmatan.
Lalu kenapa saat diberi kenikmatan malah kita harus bersabar?
Contoh: Seseorang mengharapkan keluasan rezeki kemudian Allah mengabulkan permohonannya. Lalu yang terjadi dia lupa berzakat, tidak bersedekah, atau rezeki tersebut malah digunakan untuk maksiat. Inilah yang dikatakan tidak sabar.
Bahkan ada hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Ahmad, "Ada dua nikmat yang keduanya sering melalaikan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang."
2. Ketika kehidupan kita tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan.
Kebanyakan manusia lebih cenderung dapat sabar pada waktu yang kedua. Karena memang kenikmatan lah yang sering melalaikan, bukan ujian atapun ujian.

Ada sebuah kisah nyata, seorang ummahat yang sedang berada di dalam kesusahan membiayai anak-anaknya sekolah, ketika hendak dibantu, beliau menolak bantuan yang ditawarkan kepadanya. Itu karena kesabarannya bahwa suatu saat suaminya dapat membangun usahanya dengan lebih baik sehingga beliau tidak merasa perlu untuk meminta-minta.
Berbeda dengan kisah ini, seorang yang berasal dari keluarga yang berada, namun hanya untuk membayar uang perpisahan sekolah anaknya, ia tidak rela mengeluarkan uang ia punya, padahal uang itu tidak seberapa dibandingkan kekayaan yang telah ia punya.

Seseorang yang sering memberi kepada orang lain hendaknya dia bukan mengharap imbalan dari orang yang telah dibantu, tapi haruslah berharap Allah-lah yang akan menggantinya nanti. Itulah keyakinan yang dimiliki seorang ummahat tadi. Walaupun sedang dalam keadaan susah, tapi tetap memberi kepada sesama.

Lalu kata Imam Ghozali, sabar itu ada tiga tingkatan, yaitu: dari awal, tengah, dan akhir.
Seseorang dapat memenuhi predikat sabar, jika dia sudah berada pada tingkatan akhir pencapaian tujuannya. Bukan ketika di tengah kemudian dia mengeluh, maka itu bukan sabar namanya.

Begitulah tafsir dari surah ini. Kesimpulannya adalah seorang yang beriman itu adalah orang yang menegakkan yang haq dan memerangi yang batil. Seseorang yang beriman bukan hanya berbuat baik untuk diri sendiri, tapi juga berkontribusi dan ikut berdakwah menyiarkan kebenaran kepada orang lain.
Untuk itu seorang yang beriman harus memiliki kesabaran, seperti teladan kita Rasulullah saw. yang selalu sabar menghadapi beraneka ragam tingkah laku umatnya. Karena ketika kita berdakwah, hasil dari dakwah itu hanya Allah yang dapat menentukan.
Semoga Allah selalu menganugerahkan kesabaran kepada kita semua, aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feed me, Please =D