Minggu, 11 November 2012

Perjalanan ke Pematang Sawah (Empat Sekawan)

Pada hari itu, kami berempat berencana berjalan-jalan di sekitar desa pondok pesantren. Masih pukul 05.30 tapi langit sudah terang benderang layaknya pukul 07.00 di kota kelahiranku. Semangat menggebu-gebu menyertai keberangkatan kami pagi itu.

Awalnya kami melewati sebuat jembatan yang di bawahnya ada sungai yang hampir mengering karena jarangnya turun hujan. Lalu kami berhenti sejenak sambil menikmati udara pagi itu dan pemandangan langit yang subhanallah indahnya.
Setelah puas kami kemudian melanjutkan perjalanan. Karena takut nyasar, akhirnya kami menapaki jalan tanpa berbelok.


Di sepanjang perjalanan ada saja hal berkesan yang kami dapatkan. Seperti saat itu kami melihat ada dua ekor kambing yang sedang makan. melihat mereka makan dengan lucu kami pun berhenti sejenak untuk memperhatikan tingkah laku mereka. Dan tiba-tiba ada ide untuk memberi nama kambing-kambing itu becko dan becki. Padahal kami sama-sama tidak tahu apakah kambing-kambing itu jantan semua atau ada yang betina. Selain itu di perjalanan kami juga melihat pohon pete yang besar dan terlihat buahnya sangat banyak. Ekspresinya terkesima begitu, karena belum pernah liat langsung pohon pete dan teringat kalau waktu perjalanan menuju Sragen dulu juga melewati banyak pohon pete.
Mungkin disini banyak orang yang suka pete (yang ini gak penting banget hehe)
Tertarik dengan luasnya hamparan sawah, akhirnya kami memberanikan diri memasuki areal sawah. sambil berjalan perlahan dan beriringan kami pun bergembira bersama. Terlihat sepasang petani sedang menaburkan benih padi dan kami pun menyapa mereka. Karena aku dan Septri tidak bisa berbahasa Jawa, akhirnya Indri dan Fitri lah yang meminta izin dan menyapa pak dan bu tani itu.

Disana, kami menyempatkan diri untuk menikmati segarnya udara pagi hari sekaligus memandangi langit nan biru memesona. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.
Setelah lelah, kami pun memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan pulang, kami melihat adik-adik. Ternyata mereka akan pergi sekolah. Dengan bersamaan mereka menaiki kendaraan kayuh mereka dan setia menunggu teman mereka yang lain jika tertinggal. Dan kami pun saling menyapa. Ya bertegur sapa sepertinya memang sudah membudaya di Tanah Jawa dan harus dilestarikan sehingga tidak tergerus oleh sifat individualis.

Sesampainya di rumah. kami pun melakukan aktivitas seperti biasa. Demikianlah secuil cerita tambahan dari Empat Sekawan dan masih banyak kisah lainnya loh... ^^

2 komentar:

  1. Maen ke tempatku banyak mangga&durian, alam desanya gak kalah menarik :)
    Btw tulisannya bagus, cm krn jrg dishared jd visitornya krg..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah makasih banyak ^^ btw rumah kamu dimana? mungkin lain kali bisa kesana :D

      Hapus

Feed me, Please =D