Minggu, 30 Desember 2012

Resensi Film Habibie Ainun

Jujur saya belum pernah membaca buku Habibie Ainun dan langsung menonton filmya di bioskop, jadi inilah sedikit yang bisa saya ceritakan dari film tersebut, semoga bermanfaat.

Film ini menceritakan kisah kehidupan Bapak B.J.Habibie dan istrinya Ibu Ainun. 
Awalnya mereka bertemu pada zaman SMA. Pak Habibie dan Bu Ainun sama-sama murid yang pintar. Bahkan ada guru yang mengatakan bahwa mereka berjodoh. Sayangnya pada saat itu Pak Habibie tidak menyukai Bu Ainun. Kemudian setelah tamat sekolah, Pak Habibie melanjutkan sekolah ke Jerman. Di sana beliau juga merupakan siswa yang pintar. Hanya saja Pak Habibie terserang penyakit tuberkolosa yang menyebabkannya harus kembali ke Indonesia.
Saat kembali ke Indonesia itulah Pak Habibie bertemu dengan Bu Ainun di rumahnya. Pak Habibie kaget dan terpesona melihat Bu Ainun. Meski banyak pemuda gagah dan kaya yang berdatangan ingin melamar Bu Ainun, tapi Pak Habibie tetap bersemangat meraih cinta Bu Ainun, hingga akhirnya Pak Habibie melamar dan menikahi Bu Ainun.
Setelah menikah, mereka kembali ke Jerman dan melanjutkan hidup mereka berdua. Dari nol, Pak Habibie berjuang menafkahi keluarganya. Hingga akhirnya beliau memiliki anak dan mempunyai kehidupan yang mapan disana.
Cita-cita Pak Habibie adalah membuatkan pesawat untuk istrinya tercinta Bu Ainun. Beliau pun ingin mengabdi kepada Ibu Pertiwi. Hingga suatu hari beliau mengirim surat ke Pemerintah Indonesia untuk dapat bergabung dengan Industri Penerbangan disana. Akan tetapi permohonan itu ditolak sehingga Pak Habibie pun bersedih. 
Setelah beberapa waktu berselang, Pak Habibie diminta kembali ke Indonesia untuk mengabdi kepada negaranya. Beliau pun berjuang mempersembahkan yang terbaik, bahkan beliaulah yang mencetuskan pertama kali untuk membangun Indonesia Mandiri dengan cara bisa membuat pesawat sendiri. Rencana itu pun terlaksana pada tahun 1998 dengan pesawat yang bernama Gatot Kaca dan berseri N250.

Pada akhir kisah perjalanan ini, Bu Ainun yang ternyata mengidap kanker ovarium mulai tidak stabil kesehatannya, sehingga beliau harus dibawa ke Rumah Sakit di Jerman. Kanker yang ternyata sudah menyebar di tubuh Bu Ainun tidak bisa lagi diobati, meskipun sudah dioperasi berkali-kali. 
akhirnya Pak Habibie harus dapat merelakan Bu Ainun dan Pak Habibie mengucapkan syukur berkali-kali kepada Allah karena telah memberikan dia untuk Ainun, dan Ainun untuknya.

Sepenggal kisah perjalanan hidup Pak Habibie yang mengesankan. Beliau sangat mencintai Bu Ainun. Di saat Pak Habibie berada dalam keadaan sulit, Bu Ainun selalu hadir menemaninya dan menghiburnya. Bahkan ketika Bu Ainun terbaring lemah di Rumah Sakit, beliau tetap mengkhawatirkan keadaan Pak Habibie. Sungguh ini adalah kisah cinta yang sangat mengugah hati.

Film ini sangat bagus.
Akan tetapi, film ini cocoknya hanya untuk remaja ke atas, bukan menjadi konsumsi anak-anak. Karena ternyata banyak adegan yang tidak pantas untuk dilihat oleh anak-anak, seperti adegan ciuman. Jadi selektiflah dalam memilih film untuk ditonton, terutama jika kalian membawa anak-anak. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feed me, Please =D